Passion Ajeng terhadap kopi sangat kuat. Ia ingin mendirikan kafe yang digemari anak-anak muda dengan berbagai ide konsep yang ia rancang sendiri. Ajeng sedemikian yakin sehingga berani menghadapi sang ayah. Sebenarnya ayahnya bersedia mendukung, dengan syarat Ajeng harus menemukan biji kopi terbaik dan resep kopi terenak. Ajeng mulai terobsesi untuk memenuhi syarat tersebut. Ia gigih berburu berbagai macam biji kopi dan bereksperimen dengan resep-resep baru. Hingga takdir membawa langkah Ajeng ke Kafe Omega. Di sana Ajeng bertemu orang-orang yang mengajarinya banyak hal, tidak hanya tentang kopi namun juga persahabatan. Sayangnya, urusan cinta turut mengusik kehidupan Ajeng, memperumit perjuangannya untuk menggapai impian. Antara impian dan cinta, pilihan mana yang terbaik? Bagaimana cara menentukannya? "Kamu harus mencarinya pakai hati. Kalau kamu selama ini menilai kopi dengan indra penglihat, pembau, dan pengecap, maka mulai sekarang gunakan juga hati."