Mirna mengalihkan seluruh hidupnya hanya pada cokelat, makanan yang “terpaksa” menjadi kesukaannya karena enak dan mudah didapat. Ketika ia sedih, ia akan menghabiskan banyak cokelat. Ketika ia senang pun demikian. Cokelat menjadi sahabat untuk pikiran dan lemaknya.
Sampai kemudian ayahnya meninggal dan membuat Mirna tidak tahu apa yang harus dilakukan. Lebih buruk lagi, dengan tidak diduga Mirna harus berhenti memakan cokelat untuk waktu yang tidak ia ketahui sampai kapan.
Mirna semakin tidak mengerti harus berbuat apa. Bahkan bagaimana caranya bersedih pun ia tidak mengerti. Jadilah Mirna depresi dalam kebingungan.
Sementara dibalik sikap dingin dan cuek yang ayahnya tunjukkan selama ini, sebenarnya beliau sudah mempersiapkan cara agar Mirna mampu belajar dan menemukan hidup barunya.
Penulis novel ini memiliki nama pena ADidi. Panggilan kecil yang sering digunakan oleh orang-orang yang mengenalnya. Lahir dan tinggal di Tangerang.
Ketika kecil, senang menggambar dan membaca majalah Bobo sampai ketiduran. Menyukai dunia anak-anak, sehingga membuatnya menjadi konsultan pendidikan dan terapis anak berkebutuhan khusus, sebagai sampingan profesinya.
Sebenarnya tidak menyukai media sosial, tetapi akhirnya dibuatkan akun instagram oleh anaknya, @ngobrol_yuuu. Mutualan, yuk!