Penulis : Abdul Karim, Alfan Firmanto, Asep Supriadi, Atisah, Daratullaila Nasri, Dewi Juliastuty, Fakhriati, Fatmahwati Adnan, Harits Fadlly, Herry Yogaswara, Husnul Fahimah Ilyas, Inni Inayati Istiana, Irwan, Jamaluddin, Kustri Sumardiyana, Mu’jizah, Muchlis Awwali, Mulyadi, Musfeptial, Ninawati Syahrul, Nurman Kholis, Sastri Sunarti, Yeni Mulyani Supriatin, Yulino Indra
Ukuran : 15,5 x 23 cm
Tebal : 291 Halaman
Cover : Soft Cover
No. ISBN : 978-623-162-471-0
SINOPSIS
.Pengetahuan (knowledge) dapat berasal dari mana saja, ilmu pengetahuan (sciences) mempunyai berbagai tata cara untuk mendapatkan pengetahuan yang disebut sebagai metodologi, baik yang berasal dari ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan teknik maupun ilmu pengetahuan sosial humaniora. Bahkan, belakangan batas-batas ‘ilmu pengetahuan’ tersebut semakin mencair. Pendekatan multi-disiplin, intra-disiplin maupun inter-disiplin semakin menguat, bahkan tembok-tembok kaku yang membatasi disiplin ilmu pengetahuan semakin ditinggalkan, lebih memilih membangun jembatan yang menghubungkan dibandingkan tembok tebal yang memisahkan. Tetapi tentu saja jembatan penghubung ini akan kokoh ketika para penggunanya mempunyai modalitas teori, konsep, metode serta pengalaman riset yang mumpuni.
Buku ini adalah bentuk perjumpaan dan jembatan untuk memahami permasalahan ekologi, lingkungan dan kebencanaan dari berbagai perspektif dan sumber pengetahuan yang digali. Ketika membaca “ekologi dan lingkungan” selintas menjadi domain dari rumpun ilmu hayati dan ilmu lingkungan. Pun, ketika membaca “mitigasi bencana”, selintas menjadi domain ilmu geografi, ilmu kebumian atau pengelolaan bencana yang bersifat fisik. Tetapi tulisan-tulisan yang ada justru memberikan pemahaman tentang pengetahuan itu tidak hanya milik saintis, tetapi ada dalam berbagai naskah kuno yang telah beratus tahun digoreskan dalam media lontar, kulit kayu, kulit binatang, bambu, kertas dan sebagainya. Secara akademis kami menyebutkan sumber-sumber manuskrip. Akan tetapi, pengetahuan juga ada dalam tutur lisan, cerita dari satu generasi ke generasi lainnya, pantun, puisi, mantra, tari, ritus dan lainnya. Secara akademis kami menyebutnya sebagai tradisi lisan.
Paling tidak, para penulis (di buku) ini mengirimkan sebuah pesan, whose knowledge (‘pengetahuan milik siapa’), pengetahuan tidak hanya milik saintis, tetapi juga pengetahuan yang hidup di tengah-tengah masyarakat, baik yang ada dalam manuskrip maupun tradisi lisan. Singkatnya ada pesan dari leluhur yang dikandung dalam manuskrip dan tradisi lisan, yang mempunyai pengalaman terkait pengelolaan lingkungan dan kejadian bencana ekologis maupun bencana alam. Para leluhur telah memberikan pesan, para peneliti memahaminya dan kemudian menyebarkan pengetahuan tersebut dalam buku ini. Tentunya tran