Sebagai bangsa Asia, Tiongkok bersentuhan dengan peradaban Melayu di Nusantara. Setelah Indonesia merdeka, Tiongkok membangun diplomasi guna menciptakan perdamaian dunia dan menjadi mitra dalam bidang budaya, ekonomi, dan politik.
Penulis buku ini, sebagai pengajar komunikasi antarbudaya di Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Aceh juga alumni Program Pendidikan Reguler Lemhannas Republik Indonesia angkatan LVI tahun 2017, mencoba mengkaji komunikasi politik Indonesia-Tiongkok berdasarkan model komunikasi sosial budaya, tradisi, etos, etika dan agama. Penulis berusaha mencoba melihat kajian komunikasi politik berdasarkan fenomena global yang mempunyai harapan dan tantangan bagi bangsa Indonesia. Harapan bagi bangsa Indonesia dan China dalam membangun komunikasi politik, yang didasarkan kepada ajaran agama Islam yang merupakan jembatan menuju harmoni.
Kearifan komunikasi antara Indonesia dan Tiongkok dapat dibangun dengan semangat spiritual dan budaya Indonesia yang sarat dengan nilai-nilai lokal yang telah berinteraksi dengan budaya Tiongkok ribuan tahun yang lalu. Benang merah komunikasi politik antara Indonesia dan Tiongkok dibingkai dengan semangat gotong-royong dan ciri ke-Indonesia-an plus Islam dan peradaban Tionghoa Raya melalui peranakan Tionghoa di Asia Tenggara.