Keamanan insani dibahas melalui lima perspektif berbeda, yakni perspektif negara Jepang, Indonesia, Kanada, Uni Eropa, sertaorganisasi internasional United Nation Development Programme (UNDP), masing-masing berperan dalam merumuskan konsep keamanan insani.
Bagi Indonesia sendiri, perspektif human security (keamanan insani) yang sesuai dengan konteks dan kebutuhan Indonesia penting untuk digali. Masalah ini merupakan bagian dari masalah pertahanan dan keamanan yang telah dimasukkan ke dalam Rencana Induk Riset Nasional (RIRN).
Masyarakat Indonesia punya pengalaman, kebutuhan, dan pandangan sendiri tentang Human Security (HS) yang dibentuk oleh lingkungan sosial, budaya, dan politik masyarakat. Sejauh ini, HS lebih dipahami dari perspektif luar negeri bersamaan dengan masuknya berbagai bantuan, misalnya untuk mengatasi kemiskinan, memperbaiki fasilitas hidup, dan kesejahteraan masyarakat. Bantuan demikian bukannya tidak penting, tetapi sebagian sering kali tidak tepat sasaran, menimbulkan masalah baru yang dilematis, dan tidak berkesinambungan.
Abubakar Eby Hara adalah staf pengajar di Departemen Hubungan Internasional, Universitas Jember, Indonesia. Saat ini, ia adalah peneliti di Centre for Research in Social Sciences and Humanities (C-RiSSH), Universitas Jember. Ia memperoleh gelar master dan doktornya di The Research School, Pacific and Asian Studies (RSPAS), Australian National University (ANU), Australia. Ia juga pernah menjadi peneliti tamu di berbagai lembaga dan universitas, seperti The Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS) (Singapura), Center of Southeast Asian Studies (CSEAS) - Kyoto University (Jepang), East-West Center (Amerika Serikat), Center for Southeast Asian Studies - National Sun Yet-Sen University, dan Sydney Southeast Asia Centre, Sydney University (Australia). Minat penelitiannya adalah di bidang kerja sama ASEAN, kebijakan luar negeri Indonesia, serta demokrasi di Asia Tenggara. Ia telah menerbitkan artikel di beberapa jurnal, seperti Japanese Journal of Political Science, dan Contemporary Southeast Asia.
Agus Trihartono adalah staf pengajar di Departemen Hubungan Internasional, Universitas Jember, Indonesia. Ia pernah menjadi peneliti di Ritsumeikan Global Innovation Research Organization (R-GIRO), Ritsumeikan University, Jepang, dan Institute of International Relations (IIRAS), Jepang. Saat ini, ia merupakan salah satu peneliti di Centre for Research in Social Sciences and Humanities (C-RiSSH) dan Co-Founder dari Centre for Gastrodiplomacy Studies (CGS) Universitas Jember, Indonesia. Ia memperoleh gelar master dan doktornya di Graduate School of International Relations, Ritsumeikan University, Kyoto, Jepang. Minat penelitiannya mencangkup bidang regionalisme Asia, human security, kebijakan luar negeri dan diplomasi, soft power, dan demokrasi. Ia telah menerbitkan artikel di beberapa jurnal, seperti Asian Journal of Comparative Politics, Southeast Asian Studies, dan The Hague Journal of Public Diplomacy.
Suyani Indriastuti adalah Ketua Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Jember, Indonesia. Ia pernah menjadi peneliti di Institute of Asia Pacific Studies, University of Nottingham, Inggris. Saat ini, ia merupakan salah satu peneliti di Pusat Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora (C-RiSSH), Universitas Jember. Minat penelitiannya adalah Ekonomi Politik Internasional, Sustainable Development, Resources Politics, dan Human Security. Ia menyelesaikan program doktor di School of Politics and International Relations, University of Nottingham, Inggris. Ia mendapatkan dana dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia untuk melakukan penelitian dengan topik Human Security. Suyani telah menerbitkan artikel di beberapa jurnal, seperti Journal of Southeast Asian Human Rights, Earth and Environmental Science, dan Indonesian Journal of Geography. Publikasi terbarunya adalah sebagai berikut: “Health versus Economic Security: An Ambivalence of Anti-Tobacco Norms Internalization in Indonesia” (2022); dan “Comparing Mining Industries and Palm Oil Plantation Impacts on the Human Security of Local Communities” (2022).