Dari Krisis ke Krisis: Potret Terkini Perekonomian Nasional

· Universitas Brawijaya Press
5.0
1 review
Ebook
264
Pages
Ratings and reviews aren’t verified  Learn More

About this ebook

Panggung ekonomi Indonesia rasanya tidak pernah sepi dari hiruk piruk peristiwa dramatis. Sejak kemerdekaan, krisis ekonomi datang silih berganti bagai gemuruh riak gelombang, di samping tentu saja sesekali mengabarkan kegembiraan. Tahun 1945-1966 bisa dikatakan masa pancaroba perekonomian karena sebagian besar kegiatan domestik ditindih oleh krisis politik yang tidak pernah bosan hadir di tengah-tengah masyarakat.

Puncaknya, tahun 1966 ekonomi ambruk, yang ditandai dengan inflasi nyaris tanpa batas (650%), pengangguran tak terbendung, dan kemiskinan kian menyeruak. Setelah itu, yang kemudian disebut masa Orde Baru, ekonomi mulai ditata sehingga sedikit demi sedikit menghasilkan capaian yang lumayan, misalnya investasi bergulir dan pengangguran dapat ditekan. Tapi, mendadak ekonomi terkoyak kembali setelah Peristiwa Malari meletus pada tahun 1974, yang dipicu oleh sentimen investasi asing (khususnya dari Jepang). Kemudian kondisi stabil kembali sesudahnya, hingga tahun 1981/1982 situasi ekonomi mengalami chaos yang cukup dalam akibat krisis minyak, di mana harga minyak anjlok menjadi sekitar 9 dolar AS/barel. Padahal, 70-80% penerimaan negara saat itu tergantung dari minyak.

Sejak itu, perlahan-lahan pemerintah mulai menggeser beban kegiatan ekonomi ke sektor swasta akibat keterbatasan negara untuk memikul seluruh tanggung jawab ekonomi. Pemerintah mulai memberi insentif sektor swasta untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi, salah satunya lewat deregulasi perbankan yang dikeluarkan sejak tahun 1983 (Pakjun 1983) dan berpuncak pada Pakto 1988. Kebijakan ini bersemangat memberikan keleluasaan kepada bank domestik maupun asing untuk beroperasi dan membuka cabang di Indonesia, di samping aturan pelonggaran pemberian kredit. Pendeknya, deregulasi (sebetulnya lebih tepat disebut liberalisasi) sektor keuangan/perbankan itu berperan menjadi mesin pelumas agar sektor riil bergerak melayani sektor swasta. Langkah pemerintah itu ternyata tidak bertepuk sebelah tangan, karena segera setelahnya ekonomi tumbuh dengan sangat cepat sehingga rata-rata setiap tahun perekonomian tumbuh sekitar 7%. Singkat cerita, bersama dengan negara-negara Asia lainnya, semacam Korea Selatan, Malaysia, Singapura, Thailand, Hongkong, Taiwan, dan China; Indonesia oleh Bank Dunia dianggap sebagai negara yang pertumbuhannya ajaib.

Ratings and reviews

5.0
1 review

About the author

AHMAD ERANI YUSTIKA, menyelesaikan gelar sarjana dari Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP) Fakultas Ekonomi - Universitas Brawijaya, 1996. Setelah lulus aktif mempublikasikan tulisan di berbagai media

massa (sekitar 350 artikel telah diterbitkan di koran/majalah nasional) dan jurnal ilmiah.

Rate this ebook

Tell us what you think.

Reading information

Smartphones and tablets
Install the Google Play Books app for Android and iPad/iPhone. It syncs automatically with your account and allows you to read online or offline wherever you are.
Laptops and computers
You can listen to audiobooks purchased on Google Play using your computer's web browser.
eReaders and other devices
To read on e-ink devices like Kobo eReaders, you'll need to download a file and transfer it to your device. Follow the detailed Help Center instructions to transfer the files to supported eReaders.