SUSILA WARTAWAN MUSLIM

· UGM PRESS
Ebook
192
Pages
Ratings and reviews aren’t verified  Learn More

About this ebook

"Negara Indonesia adalah negara hukum." Begitu bunyi Pasal 1 Ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945, perubahan ketiga. Melalui pasal ini menjadi jelas bahwa Indonesia bukan negara Islam. Dalam keadaan begini, muncul pertanyaan mendasar, di mana posisi wartawan muslim di Indonesia? Dengan mematuhi Indonesia sebagai negara hukum, apakah wartawan muslim harus melarikan dirinya dan terasing dari syariat Islam? Sebaliknya, apakah aturan hukum positif yang berlaku di Indonesia justru mengembuskan napas harapan baru ke dalam akhlak wartawan muslim? Membayangkan wartawan muslim harus menjalani kehidupan profesionalnya yang bernilai, yang tercipta sebagai anugerah, pertanyaan-pertanyaan itu harus dijawab. Tak bisa dihindari, jawabannya berkaitan dengan kepatuhan mereka terhadap syariat Islam dan aturan profesionalisme wartawan yang universal.

Buku ini menyajikan jawaban itu. Dalam merumuskannya, tercermin pengakuan terhadap syariat Islam dan aturan profesionalisme wartawan universal sebagai sumber perbaikan akhlak wartawan muslim. Mengingat kupasannya yang luas, buku ini sangat berguna bagi wartawan muslim. Mereka akan dipandu untuk menjalani tugas profesicinalnya berdasarkan syariat Islam dan aturan profesionalisme wartawan yang universal. Buku ini sangat bermanfaat pula bagi peneliti kewartawanan. Mereka akan dibimbing menjadi peneliti kewartawanan menggunakan pendekatan irfani. Buku ini sangat berguna bagi mahasiswa yang sedang menekuni jurnalisme. Mereka bisa melihat bagaimana menyelaraskan' aturan profesionalisme wartawan muslim dengan ayat-ayat suci Al-Qur'an demi memperbaiki akhlak wartawan muslim. Buku ini bahkan sangat bermanfaat pula bagi pengamat jurnalisme. Isinya memberikan kerangka praktis yang menggerakkan wartawan muslim ke arah kesempurnaan.


About the author

Ana Nadhya Abrar lahir di Bukittinggi, 20 Februari 1959. Dia mulai mengenal jurnalisme tahun 1982, saat mengikuti Kursus Jurnalistik Tingkat Dasar yang diadakan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Bukittinggi. Kemudian dia berkuliah di Jurusan Publisistik UGM. Tahun 1994 dia memperoleh gelar M.E.S. dalam Jurnalisme Lingkungan Hidup dari York University, Toronto, Kanada. Enam belas tahun kemudian, persisnya tahun 2010, dia memperoleh gelar Ph.D. dalam jurnalisme dari Universiti Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia.

Pengalaman praktik jurnalisme Abrar sudah dimulai tahun 1983, sewaktu dia menjadi reporter tabloid politik Eksponen. Kemudian dia menjadi Pemimpin Redaksi Majalah Mahasiswa Fisipol UGM Sintesa, tahun 1984. Pada tahun yang sama dia juga menjadi Ketua Dewan Redaksi Majalah Mahasiswa UGM Balairung. Dia malah pernah melamar menjadi wartawan di harian Jawa Pos pada Maret 1998. Setelah melalui penyaringan tiga tahap, dia dinyatakan lulus dan berhak mengikuti pendidikan untuk menjadi wartawan Jawa Pos. Namun, kesempatan itu tidak dimanfaatkannya. Ibunya lebih suka dia menjadi dosen daripada menjadi wartawan. Dia mematuhi saran ibunya. Lalu, sejak Maret 1998 dia menjadi dosen di almamaternya, Jurusan Ilmu Komunikasi UGM.

Kerinduan Abrar untuk mempraktikkan jurnalisme terpuaskan juga dengan jabatannya sebagai Pemimpin Redaksi Berita Kagama (1990–1997) dan Pemimpin Redaksi Kabar UGM (2002–2009). Memang tingkat kesulitan menjadi pemimpin redaksi di kedua media internal ini tidak setinggi kesulitan menjadi pemimpin redaksi media pers umum. Namun, tetap saja Abrar harus merealisasikan segala pengetahuan dan pengalamannya di bidang jurnalisme.

Sekalipun sudah memegang gelar Ph.D. dalam jurnalisme, Abrar tetap mempraktikkan jurnalisme. Namun, kini dia mempraktikkan dalam penulisan biografi dan profil lembaga. Tegasnya, dia menggunakan teknis jurnalisme dalam menulis biografi dan profil lembaga. Hasilnya? Sejak tahun 2010 hingga buku ini terbit, dia telah menulis 3 biografi, 1 obituari, 3 profil lembaga, dan 1 autobiografi.

Selain memiliki pengalaman dalam praktik jurnalisme, Abrar juga punya pengalaman di bidang administrasi di UGM. Dia pernah menjadi: (i) Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fisipol UGM (April 1999–Maret 2003), (ii) Kepala Unit Humas dan Keprotokolan UGM (November 2002–Mei 2003), dan (iii) Direktur Gadjah Mada University Press (Desember 2003–Februari 2006).                                  

Abrar, anak tertua dari empat bersaudara, punya hobi keluyuran. Dia merasa sangat senang bila bisa keluyuran, baik di dalam maupun di luar negeri. Khusus di luar negeri, dia sudah pernah keluyuran di beberapa kota besar dunia, seperti New York, Toronto, Tokyo, Paris, Beijing, Kairo, dan Bangkok.

Abrar sangat bersyukur bisa keluyuran. Dari keluyuran itu dia belajar banyak tentang kebesaran Allah. Dia puas dan rida kepada Allah atas semua rezeki yang dia terima, terutama lima orang putra-putrinya: Zafira Ayusti Abrar, Ansari Ahmad Abrar, Ahnaf Azmi Abrar, Alif Azra Abrar, dan Azalia Izzati Abrar. Dengan kelima putra-putri dan istrinya, Ariska Setyawati, dia kini tinggal dengan tenang di Perum Fisipol UGM A7, Rejodani, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.

 

Rate this ebook

Tell us what you think.

Reading information

Smartphones and tablets
Install the Google Play Books app for Android and iPad/iPhone. It syncs automatically with your account and allows you to read online or offline wherever you are.
Laptops and computers
You can listen to audiobooks purchased on Google Play using your computer's web browser.
eReaders and other devices
To read on e-ink devices like Kobo eReaders, you'll need to download a file and transfer it to your device. Follow the detailed Help Center instructions to transfer the files to supported eReaders.