Aku mencoba melepaskan tangan mas Dirga. Dia menelpon istrinya di hadapanku, sepertinya dia tidak takut jika tiba-tiba aku merebut ponsel dan bicara pada istrinya.
"Lepas!" Mulutku bergerak tanpa suara.
Bukannya melepaskan, mas Dirga malah menarikku ke dalam pelukannya.
"Iya, Ma. Selesai semuanya papa langsung pulang, papa juga sudah rindu rumah dan juga Mika."
Aku menekan dada yang terasa sesak mendengar percakapan mesra mas Dirga dan istrinya.
“Sudah pasti papa juga merindukan mama.”
Tidak kuat lagi dengan ini aku mendorong tubuh mas Dirga dan masuk ke dalam kamar. Masih bisa kudengar dia yang bicara pada istrinya dan sesaat kemudian memanggilku.