sendiri dalam proses mencipta dunia rekaan. Entah karena
tak puas pada kenyataan yang ada atau sekadar
mengekspresikan perasaan. Saya memulai semua ini
dengan rasa penasaran pada bacaan novel yang banyak
dinikmati pembaca. Novel tersebut laris-manis di pasaran
dan diangkat ke layar lebar. Sebegitu baguskah tulisan itu
hingga menarik perhatian?
Saya lumayan banyak membaca novel sejenis, dan
seketika ingin bisa menulis seperti itu atau melebihinya.
Ada yang berbeda ketika membaca tulisan tersebut, si
penulis mengajak pembaca bermain-main dengan narasi
sederhana juga diksi indah, yang tak membuat mual lalu
dilarikan ke rumah sakit terdekat. Dari kalimat pertama
sudah membius hingga akhir. Hampir seluruh aspek
pendukung seperti tragis, ironi, tawa, bahagia, amarah
sampai asmara menjadi bahan renungan. Itu pandangan
saya ketika masih duduk di bangku SMA.
Tulisan pertama berupa novel, digarap ketika
jenuh dengan situasi menjelang Ujian Nasionalâyang tak
tahu nasibnya bagaimana sampai kini belum selesaiâ
berakhir di gudang. Saat itu saya belum mengerti cara
untuk menulis cerita menarik. Beberapa buku kepenulisan
kreatif juga tips menulis di internet sering jadi pedoman.
Saya pun mengambil jalan memutar, dengan membuat
sebuah cerita pendek, yang jauh dari kata bagus dan
terasa picisan. Cerita itu sepanjang 7 halaman lebih dan
begitu banyak hal membosankan juga kata-kata mubazir.
Hanya bagus dalam unsur tema yakni roman cengeng
cocok untuk diberikan pada kekasih.