Nina, gadis ayu yang ditemui Imung saat membicarakan majalah sekolah, masih harus menahan hati setiap kali janji sama Imung. Karena si Kurus Hitam yang rambutnya tergerai (tapi korengnya sudah mulai membaik), ternyata lebih sering menyalahi janji. Kadang tidak disengaja, tapi itu tak mengurangi kejengkelan yang ada.
Hubungan suami-istri juga bisa menemui jalan buntu. Telepon di Perjalanan membuka tabir. Sementara Handuk di Tiang Jemuran membuat Imung dianggap lebih sakti dari dukun dan dokter sekaligus dalam menyembuhkan Nina. Bulu di Tempat Duduk, belum tentu menunjukkan anjing dibuang dengan mobil. Tentu Imung tahu, seperti juga Lampu di Loteng menunjukkan siapa perampok iseng. Harta di Dalam Karung, ternyata bukan cerita dusta. Imung yang menemukan. Kupu-kupu Bermahkota melibatkan Nyoo Hun Cong yang tak pernah dikalahkan, ditundukkan, atau bahkan disamai.
Tapi yang berbeda dengan judul-judul sebelumnya, kali ini Kolonel Polisi Purnawirawan Suyatman, Ine Moi, Ahan si Wartawan, dan Syahbuddin lebih suka bergerak sendiri membentuk biro jasa bantuan perkara kriminal. Imung bisa lebih bebas, dan lebih nakal.