industri pertama pada abad ke-18. Era 4IR ditandai dengan perpaduan teknologi yang mengaburkan batas antara bidang fisik,
digital, dan biologis, atau secara kolektif disebut sebagai sistem siber-fisik (cyber-physical system/CPS).
Selain itu, era revolusi industri keempat juga ditandai dengan munculnya terobosan teknologi di sejumlah bidang. Bidang-bidang yang dimaksud meliputi bidang robotika, kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), nanoteknologi, komputasi kuantum (quantum computing), bioteknologi, Internet of Things (IoT), Industrial Internet of Things (IIoT), teknologi nirkabel generasi kelima (5G), aditif manufaktur/pencetakan 3D dan industri kendaraan otonomi penuh (fully autonomous vehicles).
Klaus Schwab, seorang teknisi dan ekonom Jerman, yang lebih dikenal sebagai pendiri dan ketua eksekutif Forum Ekonomi Dunia
memunculkan isu mengenai Fourth Industrial Revolution. Dia menghubungkan revolusi industri keempat ini dengan buku Second
Machine Age karya Erik Brynjolfsson dan Andrew McAfee, terutama dalam hal efek digitalisasi dan kecerdasan buatan (AI) pada ekonomi global, tetapi menambahkan peran yang lebih luas untuk kemajuan dalam teknologi biologi.
Teknologi-teknologi tersebut mengubah tatanan hampir setiap industri di setiap negara. Besarnya jangkauan perubahan ini
menandai transformasi seluruh sistem produksi, manajemen, dan pemerintahan. Klaus Schwab melihatnya sebagai bagian dari
revolusi “terobosan teknologi baru” di bidang-bidang seperti kecerdasan buatan, robotika, Internet of Things, kendaraan otonom,
pencetakan 3D, komputasi kuantum dan nanoteknologi. Revolusi industri keempat (4IR) diharapkan bisa melihat implementasi yang besar dari beberapa teknologi yang muncul dengan potensi efek perubahan yang tinggi.
Buku ini membahas mengenai perubahan-perubahan Revolusi Industri 4.0 yang tanpa kita sadari sedang berlangsung dan menjadi semakin nyata. Dengan memahami arah perubahan yang terjadi, diharapkan kita menjadi lebih siap merangkul masa depan, dan bertahan di dalamnya. Menjadi individu yang canggih dalam mengelola dan memanfaatkan data, serta mampu berteman dengan
kecerdasan buatan akan membuat kita survive melewati Revolusi Industri 4.0.
Hai, saya Astrid Savitri, seorang penulis. Ya, sesekali saya juga suka menulis blog serta berbagi kiat-kiat menulis di Lingua Aksara.
Saya mulai benar-benar serius menulis buku pada tahun 2012 dan telah menuliskan ide-ide saya menjadi belasan buku non fiksi dan beberapa novel. Selain itu, saya kadang-kadang juga diminta mengisi event sharing atau workshop soal kepenulisan dan literasi.
Kecintaan saya dalam menulis berawal sejak sekolah dasar. Saya menulis banyak cerpen dan beberapa pernah dimuat dalam majalah anak-anak terkenal. Namun, begitu menginjak sekolah menengah hingga kuliah, saya sempat mengabaikan kegiatan menulis untuk menjajal banyak hal lain.
Suatu hari saya flashback dan mengingat cerpen-cerpen saya yang pernah dimuat. Semangat untuk terus menulis tumbuh lagi, dan berharap suatu hari dapat menjadikannya sebuah profesi tetap yang menghasilkan.
Sejak itu, saya terus mencari cara agar dapat menjadi penulis yang menghasilkan. Awal tahun 2009, saya menjadi content writer. Artikel-artikel yang saya tulis adalah pesanan dari banyak situs dalam dan luar negeri. Kemampuan bahasa Inggris yang baik banyak membantu saya dalam pekerjaan ini. Dari profesi content writer, saya terus belajar meningkatkan kemampuan menulis naskah. Sekarang profesi utama saya adalah penulis. Buku-buku yang telah saya terbitkan bisa dilihat di sini atau di katalog Gramedia Online.
Saat ini saya lebih sering menulis dan menerbitkan buku-buku bertema self-improvement,
Benang merah penulisan saya adalah passion untuk menginspirasi orang lain melalui cara pikir, pemberdayaan dan motivasi. Ini karena misi saya adalah untuk menyebarkan semangat, harapan, sikap positif dan dorongan bagi orang lain melalui kata-kata yang tertulis.
Kontak saya lewat DM di Instagram @everythingastrid
Have a nice day 🙂