Ayu Putu Eka Novita, lahir 1 November 1976, di Surabaya. Sebagai anak pertama yang lahir di hari lahir papaku tentunya menjadi kebanggaan. Orang tua memotivasiku untuk berusaha melakukan yang terbaik. Dari awal karier dimulai dalam bidang pendidikan dan memiliki keahlian dalam pendampingan pada anak usia dini dan youth. Keahlian lainnya adalah sertifikasi mengajar untuk Indonesia dan Malaysia melalui akta mengajar atau Sertifikasi Profesi.
Pernah bekerja sebagai dosen di Perguruan Tinggi Panji Sakti Singaraja untuk Mata Kuliah Ekonomi Sumber Daya Alam dan Metodologi Penelitian selama tiga tahun. Kemudian, keahlian yang sangat mempengaruhi pekerjaan dibidang sosial adalah penanganan untuk anak rentan dan penguatan komunitas yang dipelajari saat bekerja di SOS Children’s Village Indonesia selama sepuluh tahun, sampai sekarang masih berkontribusi paruh waktu. Sebagai researcher di SOS Children’s Village Indonesia pernah berkontribusi pada Noteworthy Early Childhood Practices untuk ARNEC (Asia-Pasific Regional Networking for Early Childhood) sehingga Program Anak usia Dini SOS Children Village Indonesia terpilih mewakili Indonesia untuk di presentasikan di Beijing pada 2016. Sebagai alumni beasiswa Supersemar dan peraih guru berprestasi sehingga dapat menyelesaikan S3 di University of Malaya untuk Pedagogi Pendidikan Anak Usia Dini 2008. Saat ini aktif sebagai staf di Direktorat Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan, Kementerian PPN/Bappenas.
Mengisi waktu untuk lebih mendalami sistem pendidikan dengan ikut berperan aktif pada Ruang Berbagi Ilmu dan Kelas Inspirasi (Indonesia Mengajar). Tidak mau ketinggalan dengan teknologi pembelajaran yang sedang berkembang, maka ikut serta dan mempelajari sistem pengajaran dan pengelolaan guru dan kesejahteraannya di Ruang Guru dan Quipper melalui peran sebagai Pengajar di lembaga tersebut sejak 2016, yang kemudian saat ini pembelajaran online menjadi satu jalan keluar di masa pandemi.
Bonita Putri Arinida, sering dipanggil dengan sebutan Bonita atau yang lebih akrab, Boni. Lahir di Jakarta, 9 April 1991, aku tumbuh besar dengan kedua orang tua dan satu kakak laki-laki di Tangerang dan menempuh pendidikan hingga SMA di kota tersebut. Tidak memiliki hobi spesial, hanya membaca, berenang, dan mendengarkan musik. Oh iya, aku juga pecinta kucing. Pada 2009, aku bermigrasi ke bandung karena memulai pendidikan kedokteran gigi di Universitas Padjajaran dan mendapat gelar sarjana kedokteran gigi pada 2013. Gelar dokter gigi didapatkan pada 2016 dari universitas yang sama. Setelah lulus, syukurlah aku langsung bekerja di beberapa klinik gigi di Bandung mengikuti anjuran salah satu dosen di jenjang S1 dan profesi. Dikarenakan melanjutkan jenjang S2 di Universitas Indonesia, kutinggalkan pekerjaanku di Bandung dan kembali ke Tangerang. Kini aku bekerja dan mencoba mengamalkan ilmu pengetahuan di DKI Jakarta.
Evi Ghozaly, lahir di Malang 01 September 1972. Mengenyam pendidikan TK, SD hingga perguruan tinggi di Malang. Pada 1996 usai menyelesaikan S1 Bahasa Arab UIN Malang, saya memutuskan melanjutkan mengajar. Pada 1998 menikah, dan setelah melahirkan dua putra baru bisa melanjutkan pendidikan jenjang S2 pada 2006 di Teknologi Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, kemudian lulus pada 2009.
Sejak 2006 menjadi dosen tetap kemudian menjadi ketua LPM STIT Darul Fatah Bandar Lampung. Pada tahun yang sama, mulai menjadi konsultan di beberapa sekolah bertaraf Internasional dan sekolah berkonsep Nasional Plus. Pernah menjadi trainer untuk para Pengajar Muda Lampung Mengajar, sampai saat ini aktif menjadi pemateri seminar parenting dan pelatihan pendidikan bagi para kepala sekolah, guru, dan pengawas se-Indonesia.
Pada 2017, setelah kedua putra kuliah di Malang, sambil tetap mengabdi di Yayasan
Kisah nyata tentang pengabdian saya dalam membantu beberapa pondok pesantren di daerah, mendampingi anak- anak special needs, dan membersamai para ibu pejuang di pelosok telah tertuang dalam beberapa buku: Kupu-kupu Bersayap Pelangi (2019), Bianglala Pendidikan (2018) dan Mendidik Dengan Cinta (2019).
Hafida Fahmiasari, lahir di Sleman, 19 September 1991. Sejak 2013, ia memilih berkarier di bidang transportasi, khususnya transportasi maritim. Hal ini ia lakukan karena melihat betapa besarnya bentuk kepulauan Indonesia, namun masih sangat jarang ahli di bidang ini. Saat ini ia bekerja sebagai spesialis transportasi junior di International Finance Corporation, Grup Bank Dunia, di Washington, D.C., Amerika Serikat. Sebelumnya ia pernah bekerja sebagai manajer ekonomi maritim di Royal Haskoning DHV pada 2017-2020.
Ia merupakan alumni berprestasi LPDP 2017 pada kategori umum. Gelar master di bidang transportasi, infrastruktur, dan logistik diraihnya pada 2016 di Technische UniverSiteit Delft, Belanda. Sebelumnya ia menuntut ilmu di Teknik Sipil dan Lingkungan di Universitas Gadjah Mada pada 2013. Ia juga mengikuti beberapa courses untuk menambah pengetahuannya: EconometricS di Erasmus School of Economics (Rotterdam, Belanda) dan Blue Economy Foundation di Universitas Seychelles, Seychelles.
Beberapa tulisannya telah dipublikasikan di jurnal Elsevier, harian The Jakarta Post, beberapa publikasi dari United Nations, dan Bank Dunia. Tulisannya terkait dengan kebijakan ekonomi transportasi laut. Beberapa penghargaan diraihnya dalam beberapa tahun terakhir dari bidang penulisan seperti: karya tulis terbaik di Indonesia Development Forum 2018, Top 5 Paper Global Maritim Forum 2019 and 2020. Di waktu luangnya, ia gemar memasak, bermain basket, dan gitar.
Lisa Listiana, seorang istri, ibu, dan anak yang bercita-cita untuk masuk surga sekeluarga. Sebagai seorang perempuan Indonesia yang ingin menjadi Muslimah yang berilmu dan bermanfaat, saya menyadari bahwa pada dasarnya belajar itu adalah proses sepanjang hayat, seumur hidup. Dengan beasiswa lanjutan dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), Alhamdulillah, saat ini saya berkesempatan menempuh pendidikan S3 Keuangan Islam di International Islamic University Malaysia (IIUM).
Saya sangat tertarik dengan tema wakaf dan dunia perwakafan, makanya saya pun mengambil tema riset disertasi tentang wakaf, mengikuti berbagai kegiatan dan konferensi dibidang ini, dan menginisiasi terbentuknya Waqf Center for Indonesian Development and Studies (WaCIDS). WaCIDS adalah lembaga riset dan thinktanb independen di area wakaf dengan visi besar untuk menjadi pusat pengkajian dan pengembangan wakaf di Indonesia secara strategis. Jadi, bisa dibilang wakaf adalah passion saya.
Selain WaCIDS, saya dibantu oleh mas suami Agastya Harjunadhi membuka sebuah lembaga konsultasi keuangan keluarga Muslim bernama “Visi Financial”. Lalu sebagai upaya saya untuk terus belajar terkait dengan peran sebagai seorang istri dan ibu, saya dan suami menginisiasi wadah pembelajaran orang tua muda bernama “Bina Keluarga” dan “The Real Ummi”. Selain tentang ibu, dalam wadah tersebut juga membahas tema mempersiapkan rumah tangga (pra nikah), perempuan, keluarga, dan pengasuhan anak. Paralel, saat ini saya juga aktif mengelola Yayasan Visi Peradaban Madani dan berbagai kegiatan yang diinisiasi oleh suami.
Meski begitu, saya juga selalu berusaha untuk tidak terlewat di berbagai kegiatan, call for paper atau penulisan karya ilmiah dan artikel popular di media massa, dan lainnya yang relevan dan dapat menunjang karier akademis saya. Di antara berbagai call for paper, konferensi, dan aktifitas tersebut, Alhamdulillah pada 2017 lalu saya berkesempatan untuk menjadi salah satu best talent LPDP.
Meutia Larasati, biasa dipanggil Tia. Lahir di Jambi, 12 Juli 1990. Sejak lahir sampai tamat SMA, aku tinggal di Kota Jambi, barulah setelah tamat dari SMA Negeri 1 Jambi melalui program akselerasi, aku diterima di Universitas Diponegoro. Lalu aku pindah ke Semarang untuk menyelesaikan pendidikan S1 di bidang Teknik Arsitektur di sana selama empat setengah tahun. Tamat S1, aku terpilih mewakili provinsi Jawa Tengah dalam program Pertukaran Pemuda Antar Negara oleh Kemenpora, untuk diberangkatkan ke Australia. Setelah selesai program selama empat bulan, aku lalu melanjutkan jenjang S2 di Universitas Gajah Mada jurusan ilmu Hubungan Internasional, dan lulus dalam kurun waktu satu tahun empat bulan saja atas izin Allah. Lima bulan setelah kelulusanku, aku menikah dengan seseorang yang aku kenal sejak SMA pada 2016 dan alhamdulilah kami sampai tulisan ini diterbitkan. Telah dikaruniai sepasang putra dan putri ganteng dan cantik yang selalu mewarnai hari-hari kami. saat ini, fokusku adalah melihat anak-anakku tumbuh dan berkembang, sehingga aku memutuskan untuk berkarier hanya di rumah, mendidik anak-anakku untuk menjadi generasi penerus yang berguna bagi bangsa dan negara.
Rani Amrista Wijayanti, biasa dipanggil Ms. Rant, lahir di Lampung pada 1985. Seorang guru bahasa Inggris, yang saat kecil hanya berani bergumam dalam hati ingin menginjakkan kaki di negeri ratu Elizabeth dan alhamdulilah beberapa puluh tahun kemudian (2016) diberi kesempatan oleh Allah SWT mendapatkan beasiswa LPDP (Lembaga Pengelolaan Dana Pemerintah) untuk kuliah S2 di negara itu.
Terjun di dunia pendidikan sejak 2009 dengan profesi utamanya sebagai guru bahasa Inggris. Dan sejak di usia 25 sudah menjabat sebagai kepala sekolah di Sekolah Dasar Global Madani, Bandar Lampung. Kemudian, pada 2016 melanjutkan studi magister, saat kembali dari studi, dia diberi amanah menjadi kepala sekolah di unit SMP di yayasan yang sama. Hingga kini masih mengemban amanah tersebut sembari menjadi dosen luar biasa di Perguruan Tinggi Al Madani, kampus milik yayasan yang sama dengan tempatnya bekerja.
Selain itu, dia juga aktif di beberapa kegiatan, menjadi konsultan pendidikan dan juga aktif dalam beberapa komunitas sosial seperti Ruang Jingga, dan Mata Garud Lampung (Komunitas awardee LPDP) serta berkontribusi sebagai pembicara dalam beberapa seminar motivasi dan pendidikan bertmea pendidikan, lingkungan khususnya "Diet Plastik" dan literasi, serta Parenting. Mulai aktif menulis kisah-kisah inspiratif dalam beberapa buku antologi yaitu "The Secret of Mother", "Parenting Melelahkan yang Penuh Cinta", "My Dream", "Perempuan Tangguh", dan "Takdir Itu Indah", serta "Lika-liku seorang guru".
Sastia Prama Putri, perempuan yang akrab disapa Sastia ini merupakan wanita cerdas yang kini menjabat sebagai AsslStant ProfeSSor di departemen Bioteknologi, Fakultas Teknik, Universitas Osaka, Jepang. Di samping menjadi AsslStant ProfeSSor, Sastia juga merupakan dosen luar biasa di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung (ITB). Hal ini menjadikan Sastia sebagai satu dari banyak wanita di Indonesia yang memecahkan stigma bahwa wanita tidak perlu berpendidikan tinggi. Ia tidak hanya memegang peran penting sebagai penyumbang ilmu di negara asal, tetapi juga turut serta membangun dunia melalui penelitian-penelitiannya di bidang bioteknologi.
Sastia memulai perjalanannya sebagai Mahasiswi jurusan Biologi-Mikrobiologi di Institut Teknologi Bandung (ITB). Setelah menyelesaikan studinya di ITB, Sastia berkesempatan mengikuti [ellomship non degree dari UNESCO selama satu tahun di Universitas Osaka
Selain kesibukannya menjadi akademisi, Ia aktif dalam berorganisasi. Hal ini ditunjukkan ketika Ia menjadi Managing Director untuk ForMind Institute, sebuah organisasi non-pro I yang berfungsi untuk memberikan training atau meningkatkan capacity building dalam segi akademik, riset, maupun pengabdian masyarakat di Indonesia. Tidak hanya itu, Ia juga menjabat sebagai Secretary General dari Ikatan Ilmuwan Internasional (International IndoneSian ScholarS Association) di mana organisasi tersebut merupakan organisasi ilmuwan diaspora di seluruh dunia. Beliau juga menjabat sebagai ketua dari perkumpulan ilmuwan muda di bidang metabolomik pada 2015-2019.
Karya-karyanya sebagai peneliti dan akademisi telah diterbitkan di berbagai platform dalam bentuk jurnal maupun buku. Ada kurang lebih 7 buku, 48 artikel yang dimuat di berbagai jurnal, dan 9 artikel internasional yang telah beliau tulis bersama rekan sejawatnya. Karya-karya dan kerja kerasnya mengantar Sastia meraih beberapa penghargaan dari Institusi Jepang seperti Miyata Awards (2020), Osaka University Award (2018), dan beberapa penghargaan lain seperti L’Oreal Award for Women in Science (2015), Metabolomics Australia Poster Prize winner, 8"' Annual.
Sheyla Taradia Habib, Sheyla sapaan akrab perempuan kelahiran Bandar Lampung pada Mei 1992 ini, kini tengah menggeluti bisnis perawatan kulit atau sbincare yang tidak hanya aman tapi juga mengandung banyak manfaat bagi ibu dan anak. Ide bisnis ini bermula dengan kebutuhan pribadi Sheyla sendiri. Ketika itu ia sedang mengandung anak keduanya dan sebagai ibu hamil, ia sadar betul akan kebutuhan sbincare yang aman untuk ia gunakan dan juga untuk anak-anaknya yang masih balita. Saat ini, di samping dengan kesibukannya sebagai seorang ibu dan istri, ia juga terus mengembangkan usahanya.
Sebelum memulai bisnisnya, Sheyla pernah menempuh pendidikan di Universitas Indonesia. Ia merupakan lulusan Sarjana Humaniora dengan konsentrasi Sastra Inggris. Ia juga telah terlebih dahulu mencicipi bekerja di sebuah perusahaan di ibu kota sebagai karyawan pemasaran. Setelah dirasa cukup mendapatkan modal utama untuk memulai usahanya sendiri, Sheyla memutuskan untuk kembali ke Lampung. Ia mulai berbisnis kecil-kecilan dengan beberapa teman. Di tengah kesibukannya mengembangkan usahanya, dengan dukungan orang tuanya, Sheyla pun memutuskan untuk melanjutkan pendidikan master di salah satu universitas swasta dengan jurusan Magister Manajemen. Meski jurusan yang ditempuh jauh sekali dari kata linier dari gelar yang telah ia dapatkan sebelumnya, ia yakin bahwa itu akan sangat berguna bagi usianya kelak.
Hari ini, ketika ia melihat ke belakang dan semua perjalanan yang telah ia lalui, ia sungguh merasa sangat beruntung karena mampu merealisasikan salah satu impiannya sejak dulu untuk menjadi seorang pengusaha. Meskipun demikian, ia tetap terus belajar dari para ahli dengan mengikuti banyak seminar kewirausahaan untuk mengembangkan usaha yang ia jalani dan untuk terus mampu berinovasi dalam berbisnis. Lagipula ia percaya bahwa ilmu apapun yang ia pelajari dibangku sekolah maupun di luar sekolah pada akhirnya akan berguna. Baginya, setiap individu memiliki hak untuk terus belajar dan menuntut ilmu, tak terkecuali bagi perempuan.
Website: pustakarumahc1nta.org;
Instagram: @pustakarumahc1nta