Bayang-Bayang Topeng

Seringkali sastra mengalami kesulitan untuk digemari khalayak umum lantaran gangguan pemahaman atau apresiasi sastra yang lemah. Tak heran jika sastra menjadi terasa asing bagi para pelajar. Alasan klasik mereka ogah dibuat pusing untuk melakukan apresiasi sastra. Akibatnya sastra tidak bisa menjadi teman, apalagi primadona pada mata pelajaran siswa SMA/SMK.

Barangkai trio guru ini ingin menjawab kesulitan tersebut dengan menerbitkan antologi puisi dan geguritan. Puisi kedua penyair Puji Ambarwati dan Noviyah misalnya, memiliki kata dan kalimat yang tak perlu mengenyitkan dahi. Transparan dan tak banyak kalimat tersembunyi. Meskipun kedua penyair ini mencoba untuk membuat kiasan dan metaformetafor dari benda dan pergerakan hidup di sekelilingnya, namun pembaca dengan mudah menebak isi puisi tersebut.

Sementara geguritan Suseno menjadi bagian sastra daerah yang tak kalah menarik untuk terus dikembangkan. Yang diperlukan adalah bagaimana agar geguritan tak sekedar menjadi komoditi sajaksajak lokal.

Apakah penyair yang ada di dalam buku antologi ini memang ingin memberikan rangsangan berupa kemudahan kepada siswa agar mereka tak dibuat pusing. Karena membaca puisi Puji Ambarwati dan Noviyah terasa renyah. Diksinya sederhana dan mencoba kontinuitas dengan memainkan rima. Harusnya siswa menyukai jenis puisi penyair ini. Selain tema seputar asmara remaja, juga belajar mengkritisi situasi bangsa. Menjadi sah dan tepat sekali puisi-puisi ini untuk menjadi salah satu item materi pelajaran sastra dikalangan remaja khususnya pelajar. Sehingga sastra khususnya puisi tak lagi dijauhi para pelajar