Suci berusaha melepaskan cengkeraman sang kakak, tetapi tenaganya kalah kuat dibanding pria yang berusia lebih tua lima tahun darinya itu.
“Lepasin, Mas!” pekik gadis itu sambil meronta, tetapi Beno seolah-olah tuli mendengar raungan adik semata wayangnya itu.
“Mau dibawa ke mana aku, Mas!”
“Diam! Kamu akan kujual pada Juragan Hasan!”
Mendengar nama yang disebut oleh Beno, Suci meronta makin kuat. Namun, pria yang terus menyeretnya itu malah kalap dan menampar sang adik keras.
“Diam!”
Perih yang dirasakan Suci karena bekas tamparan Beno tak seberapa jika dibandingkan perihnya hati karena mendengar dia akan dijual.
“Kenapa kamu tega lakuin ini sama aku, Mas? Salahku apa?”
Beno tak menjawab. Dia malah makin bersemangat menyeret Suci karena rumah besar yang dihuni Juragan Hasan sudah tampak di depan mata.
“Buruan!”
“Enggak! Aku enggak mau, Mas! Lepasin!”