Ternyata …. “maqam”-nya memang sastra dan keheningan yang membersamainya, bukan kesenian yang riuh, yang selalu membuatnya jadi salah-langkah dan tampil salah-tingkah di hadapan orang-orang yang lebih tahu.
Syahdan, kesadaran yang terlambat itu menggiring sang penyair mengambil sebuah keputusan. Sungguh, ia berharap, orang-orang yang tidak puas atau bahkan pernah ia kecewai di perkumpulan itu akan memaafkan segala kelemahannya. Keputusannya adalah …