Blonde Girl

Gadis kecil di hadapannya menatapnya bingung.

"Kenapa kau tidak menyukai gadis pirang?" gadis kecil itu bertanya dengan polosnya.

"Kau tahu, gadis pirang itu orang yang bodoh, seorang penggoda dan tidak berguna." jawabnya dengan suara yang datar dan dingin.

"Kalau aku tidak bodoh, tidak jadi perempuan penggoda, dan berguna apakah kau akan menyukaiku?" tanyanya lagi.

Meski ia sendiri belum mengerti dengan semua yang ia ucapkan, ia hanya tahu kalau dirinya adalah gadis pirang dan Nath tidak suka gadis pirang.

Nath tertawa mendengar ucapan gadis kecil itu.

"Apa kau menyukaiku?" tanya Nath.

"Iya." jawab gadis kecil itu mantap.

"Tetap saja kau pirang, dan kau tahu, kita tidak akan pernah bertemu lagi." ucap Nath dengan suara lirih.

Setelah mengucapkan kata-kata itu, Nath meninggalkan gadis kecil itu sendiri ditengah taman.

"Naaatthh, tunggu aku," teriak gadis kecil itu berlari mengejarnya, ia memeluk tubuh Nath dari belakang.

"Jangan pergi, jangan tinggalkan aku." Katanya dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya. Nath membalikkan badannya, kemudian berkata. "Maafkan aku Stace," Katanya dengan raut wajah yang sedih.

"Tidak, tidak, tidak." Gadis kecil bernama Stace itu berulang-ulang dan meronta keras saat Nath berusaha melepaskan pelukannya.

Tangisan Stace terdengar lebih keras saat pelukannya terlepas dari tubuh Nath, Nath melangkah menjauh tanpa menoleh kebelakang lagi.

Ditangan Stace terdapat dua buah kancing kemeja berwarna biru laut, kancing yang berasal dari pakaian Nath yang terlepas karena dirinya.

Stace menggenggam erat kedua kancing dalam tangannya yang sudah memerah, ia menangis di tengah taman itu sendirian, sebuah rasa kehilangan yang begitu besar bagi seorang gadis kecil.

"Jangan tinggalkan aku Nath," gumamnya ldi sela tangisannya.