Bibir pria itu membentuk senyum dan tangannya bergerak ke dalam sakunya. “Maaf. Aku tidak bermaksud mengagetkanmu. So… how is the big date going?”
Harga diriku ingin langsung memberikan jawaban bahwa segalanya berjalan sangat hebat, tapi aku bahkan tidak mampu mengucapkan kebohongan itu sekadar untuk menyelamatkan muka.
“It sucks, actually,” jawabku kemudian. “Dia tidak berhenti mengirim pesan pada ibunya semenjak kami tiba.”
“Ouch.”
“Ya,” lanjutku lagi. “Aku sedang mencoba menghubungi Sasha agar berpura-pura meneleponku dengan alasan bahwa aku harus pergi dengannya sekarang dan dia akan datang menjemputku segera. Aku tahu memang tidak baik berbohong tapi…”
Pria itu kemudian mendengus kasar. “Jangan merasa tidak enak. Pria itu terdengar seperti orang yang sangat menjengkelkan.”
Aku tidak bisa lagi lebih setuju. “Ya, kan?”
Aku melihatnya mengangkat salah satu bahunya lalu dia mengeluarkan tangannya dari saku dan memegang rahangnya seolah sedang berpikir. “Aku akan membantumu. Sekarang, kembalilah ke mejamu dan duduk di sana.”
“Kau… kau bersedia membantuku?” gagapku terkejut tapi pria itu sudah berbalik dan berjalan pergi tanpa menjawab ataupun memberikan penjelasan bagaimana tepatnya dia berencana membantuku. Aku menggelengkan kepalaku dalam kebingungan dan kembali lagi ke meja restoran.