Gadis muda itu termangu dalam duka nestapa yang dalam. Ia baru kehilangan kekasih hati yang dipercayainya sepenuh hati karena perbedaan prinsip hidup yang paling mendasar.
Ia mencintai Tuhan Yesus secara pribadi sehingga Tuhan hidup begitu nyata dalam hidupnya sedangkan pemuda tersebut tidaklah demikian. Ia lebih menyukai tata ibadah khyusuk secara liturgi agamawi di-bandingkan dengan pengenalan akan Tuhan secara pribadi. Baginya itu mengandung bahaya ke-mungkinan tersesat jalan.
Sang gadis tak mampu me-nemukan pribadi Tuhan yang dicintainya di lingkaran pemikiran pemuda tersebut. Ia pun me-mutuskan untuk berpisah. Sejenak ia merasa terhempas serasa hilang kemudian jatuh dan mengalami luka patah hati!
Malam itu di peraduannya yang gelap dan sepi sunyi, batinnya bergelora oleh rasa kehilangan mendalam dari keputusan yang telah diambilnya.
Tiba-tiba terang itu bercahaya menyelubungi sekeliling-nya dan menyelimuti seluruh keberadaan-nya dalam rasa damai yang tak terlukiskan.
Tuhan Yesus datang memeluk dengan lembut dan mengusap sembuh luka basah di hatinya. Ia menyatakan kasih-Nya yang begitu besar serta berkata, “Aku ada selalu untukmu.”
Seketika air matanya menderas menganak sungai. Air mata pe-nyerahan diri total kepada Tuhan sekaligus air mata kesembuhan batin baginya.
Serasa ia bisa menemukan jalan pulang ke hati Kekasihnya yang sejati, Yesus Kristus Tuhan.
Jakarta, 08 Oktober 2019
Profil Penulis:
Chrismei” seorang yang mencintai Tuhan Yesus sejak awal perjumpaan pribadi denganNya.
Seorang yang diberi talenta untuk menulis daripadaNya untuk dipersembahkan bagi kemuliaan namaNya.