"Bu, sarapanku mana!" teriak Gita yang kudengar seperti biasa. Setiap pagi aku selalu menyiapkan semua kebutuhan orang yang ada di rumah ini, memasak mencuci itu semua pekerjaanku.
Ibu mertuaku tidak pernah membantu apa lagi adik iparku. Dia hanya bisa memerintah ku saja.
"Farah, apa sih yang kamu lakukan. Kami ini sudah lapar, kamu belum juga selesai memasak!" ucap Ibu mertua ketika aku sedang sibuk mengiris bawang untuk menumis buncis.
"Iya Bu, sebentar lagi matang. Aku sedang masak!" jawabku.
"Dari tadi emang kamu ngapain baru mau masak!"
"Tadi aku cuci baju dulu Bu, dan menjemurnya."
"Kamu ini emang lelet ya, ini sudah jam delapan gimana sih kamu. Raka juga sebentar lagi mau berangkat kerja! Cepatlah masak dan jangan hanya banyak masak buncis saja,"
"Tapi hanya ada ini," ujarku.
"Baru aja seminggu Raka gajian, masa gitu udah makan buncis, mana ayam atau ikan pasti uang gaji Raka kamu habiskan untuk kebutuhanmu sendiri!" tuduh Ibu.
"Tidak Bu, aku menggunakan gaji Bang Raka untuk belanja, Bang Raka juga memberiku tidak banyak,"