โSeratus ribu, Mas?โ tanyaku balik setelah membuka lipatan kertas berwarna merah itu. Wajahnya yang sengaja ia tundukkan kini menyorot pandangan ke arahku.
โIya, itu 100.000 rupiah sekalian token listrik 50.000 ya, Dek. Tolong ikhlaskan!โย Ia memohon dengan menggenggam tangan ini.
Aku tersenyum tipis, kemudian pergi membeli token listrik. Suara bunyi alarm yang telah berdering sejak maghrib tadi, akhirnya hening saat aku pulang dan menekan nomor pembelian token.
Dari uang yang ia berikan selama seminggu ini, tersisa 47.000 rupiah. Entahlah cukup atau tidak uang segini, aku harus memikirkan cara sendiri agar cukup dan kebutuhan dapur terpenuhi.
Mas Hendra pun merebahkan tubuhnya, ia menceritakan perihal pekerjaannya.
โAku ingin cerita, Dek. Boleh?โ tanyanya. Namun, rasa kesal masih ada di dalam dada atas pemberian nafkah yang menurutku tidak akan cukup untuk bertahan hingga seminggu.