"Kau tahu konsekuensi apa yang akan kau terima karena kau membohongiku?" Berrand Adams meninggikan suara. Amarahnya menggelegar.
"Aku sudah cukup sering membunuh orang!"
Diremas kedua lengan ringkih Loura dengan erat. Tentu terasa menyakitkan. Namun, Loura tak bergeming.
Masih ditundukkan kepala. Air mata meleleh di wajah. Tapi, tak akan ditampakkan pada Berrand.
"Kenapa kau melakukannya, hah? Apa tujuanmu? Kau ingin menghancurkanku atau balas dendam?"
"Jawab aku, Loura Quinn!" Berrand semakin dikuasai amukan kemarahan. Suara berat teralun tinggi.
Diraih dagu Loura kasar hingga wanita itu menatap dirinya. Kedua mata Loura yang basah tentu dilihat. Tapi, enggan ditaruh rasa empati.
"Kau tidak mau mengaku?" Berrand kian berang. Tatapannya nyalanh ke arah Loura.
"Kalau aku memberi tahu kau, kalau aku melakukan semua karena aku mencintaimu. Kau tidak akan percaya. Untuk apa aku menjelaskan padamu."
Loura kembali meneteskan air mata. Walau, di dalam hati, terus berupaya dikuatkan diri. Namun, tak mudah untuk diterapkan. Apalagi, di hadapan Berrand.
"Kalau kau ingin membunuhku. Lakukan saja. Aku tidak takut untuk mati."
Loura menghela napas panjang guna mengurangi rasa sesak di dadanya. Ditatap lekat Berrand dengan netranya yang dipenuhi oleh air mata.
"Terima kasih sudah menjadi suamiku. Kau sempurna mengambil peranan itu sampai aku mencintaimu."
Berrand mengepalkan tangan. Pergejolakan emosi terjadi semakin besar dalam dirinya.
"Bunuh aku, Berrand. Aku senang kau yang lakukan itu padaku."
Berrand luruh. Ia tak kuasa mempertahankan ego. Dipeluk Loura dengan begitu erat.
"Bagaimana bisa aku membunuh kau dan calon bayi kita? Aku sangat menyayangi kalian."
"Tapi, aku tidak bisa menjadi suami pengganti."
.................
Berrand Adams tidak bermaksud memanfaatkan momen Loura Quinn hilang ingatan, sejak awal.
Namun, peran menjadi suami pengganti untuk wanita itu, nyatanya dapat memberi keuntungan bagi Berrand. Ia tidak bisa mengabaikan.
Loura menunjukkan rasa cinta yang besar dengan gelora hasrat juga membara, Berrand mustahil untuk tidak terjerat dalam pesona wanita itu.
Mereka begitu cocok di ranjang. Dan, bukan semata kebutuhan biologis yang terpenuhi, tapi hati Berrand semakin terkoneksi dengan Loura.
Pada akhirnya, takdir berpihak padanya. Ia dapat memiliki Loura karena wanita itu mengandung buah hatinya.
Dan, sejak itu pula, Berrand terperangkap dalam rencana Loura. Tidak ada jalan untuk melepaskan diri. Mereka akan selamanya terikat.