mungkin sampai selusin penulis yang disebut-sebut
orang telah menerapkan realisme magis, di antaranya
ada satu atau dua karangannya yang pernah saya
baca. Misalnya cerita bagaimana beberapa pegawai,
perwira dan warga-negara lain yang biasa-biasa saja
sewaktu-waktu "beristirahat" di hutan berupa
sekelompok serigala. Atau ada manusia yang
menjelma sebagai nyamuk (lanjutan rekaan cerpen
Franz Kafka yang terkenal tentang seseorang berubah
rupa menjadi serangga).
Kesan saya, unsur supernatural semacam itu
dalam sastra modern berlainan fungsi dengan unsur
yang nampaknya sama dalam cerita rakyat, legenda
dan mitos tradisional, di mana sifat dan perbuatan
mukjizat menandas-kan keistimewaan seorang tokoh
sebagai bukti dia berhak menjadi penguasa atau
pemuka masyarakat.
Dalam sastra modern fungsinya berbeda,
tujuannya cuma memberikan visi yang lain atas fakta
hidup nyata, maka tokohnya tidak perlu mendapat
sanjungan pembaca/ pendengar. Salah satu cerpen
menarik adalah karya Krishna Mihardja yang ditulis
dalam Bahasa Jawa. Dalam analisa gaya penceritaan
cerpen Ki Dalang, saya melihat ada unsur realisme
magis yang muncul disana meskipun secara khusus
istilah realisme magis tidak disebutkan disitu.”