1. Untuk mencapai infak haqqul-yaqîn, infak dan sedekah harus dilakukan secara terusmenerus atau mudâwamah dan istiqamah sehingga menjadi habit.
2. Infak juga harus dilakukan dengan ikhlas, hanya untuk mencari ridha Allah dan memperteguh jiwa, serta menghindari riya.
3. Supaya infak diterima Allah maka jangan mengungkit-ungkitnya, menyakiti perasaan penerima, dan menyombongkan diri.
4. Agar infak menjadi betul-betul efektif maka diperlukan tadbîr atau manajemen, sehingga tidak menimbulkan mudharat baik bagi pemberi maupun penerima.
5. Mencontoh Imam Hasan al-‘Askari as, infak hendaklah disertai dengan cinta dan kasih sayang, serta dilakukan dengan selembut mungkin dan sesegera mungkin.
6. Perbuatan baik, termasuk infak dan sedekah, hanya akan menjadi sempurna jika memenuhi tiga syarat, yaitu dianggap kecil, disembunyikan, dan disegerakan.
Dimitri Mahayana menggemari bidang filsafat, sains, literature dan pemikiran keagamaan sejak SMP. Akrab dengan Al-Ghazali, Iqbal, Rumi, Mulla Shadra, Ibnu Sina, Karl Popper, Thomas Kuhn, Peter Drucker, Thabathabai, Muthahhari, Einstein, Newton, Maxwell, Lyapunov, Kalman dan deretan pemikir lain dalam berbagai bidang, penulis telah menghasilkan tulisan dalam berbagai bidang, mulai dari bidang Filsafat Ilmu Pengetahuan, Futurologi, Kontrol, Data Science, Teknologi Informasi, hingga bidang Filsafat Perenial, dan pemikiran keagamaan baik buku buku cetak maupun di dunia maya.