***
Buku ini sangat bermanfaat bagi setiap pecinta ilmu pengetahuan, akademisi, dan mahasiswa filsafat, terutama mahasiswa filsafat Islam, bukan hanya karena penulisnya berhasil menyampaikan dengan sistematik pemikiran al-Farabi terkait dengan gagasan integrasi ilmu, tetapi juga karena relevansi pemikiran-pemikiran al-Farabi untuk menjawab beberapa isu epistemologis yang sangat penting dan sangat kita butuhkan hari ini.
—Prof. Dr. Mulyadhi Kartanegara, Dosen Filsafat Islam UIN Jakarta & Universiti Brunei Darussalam
Dijuluki 'Guru Kedua' (setelah Aristoteles), al-Farabi merupakan figur krusial awal yang menyiapkan 'panggung' untuk banyak filsafat Islam selanjutnya, khususnya pada aliran Peripatetik.
—Peter S. Groff dalam Islamic Philosophy A—Z
Meskipun doktrin al-Farabi adalah sebuah refleksi Abad Pertengahan, ia tetap mengandung beberapa gagasan moderen, bahkan kontemporer. Al-Farabi menyukai sains, membela eksperimentasi, dan menyangkal ilmu nujum dan astrologi... Dia memuliakan akal pada tingkat yang sangat suci, sehingga dia didorong melakukan pendamaian akal dengan tradisi, sehingga filsafat dan agama pun bisa sejalan, selaras.
—Ibrahim Madkour, PH.D. dalam A History of Muslim Philosophy
Dr. Humaidi merupakan seorang peneliti dan dosen tetap di Sekolah Tinggi Filsafat Islam (STFI) Sadra. Ia juga pengajar di Fakultas Psikologi dan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.