Kini zaman telah berubah; banyak anak-kemenakan serta keturunannya yang tidak lagi lahir, dibesarkan atau bekerja sebagai petani di nagari asalnya. Mereka lahir, dibesarkan dan bekerja di berbagai pelosok negeri dengan bermacam bidang profesi. Lebih dari itu semua kini mereka telah terbiasa pula membaca buku-buku yang ditulis dengan huruf latin.
Mereka sudah menjadi manusia Indonesia seperti di daerah lainnya, tapi masih disebut sebagai orang Minang Kabau. Padahal nan empat adalah dialektika, logika, sistematika berpikir, bersikap dan berbuat menghadapi kehidupan di dunia warisan nenek moyang.
Oleh sebab itu, penulis sebagai cucu keturunan Angku Ampek nagari Tanjung Sungayang berkeinginan meneruskan dan menyebarluaskan nan empat kepada anak - kemenakan khususnya, serta masyarakat pada umumnya melalui buku dan situs komunitas www.nagari.or.id.
Penyusun buku ini Drg Abraham Ilyas lahir di Batusangkar 19 Mei 1945. Menyelesaikan pendidikan formal di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada tahun 1972. Aktif dalam gerakan mahasiswa tahun 1966, memimpin perguruan bela diri Prana Sakti tahun 1990-1998 dan pensiun sebagai pegawai negeri di Sumatera Selatan tahun 2000.
Saat ini aktif dalam berbagai diskusi dan komunitas online untuk pembangunan nagari-nagari saiber di www.nagari.or.id. Dia adalah cucu Angku Ampek nagari Tanjung Sungayang. Angku Ampek adalah orang yang menjadi narasumber informasi tentang Cupak nan Dua dan Kata nan Empat bagi anak-kemenakan serta kaum kerabatnya. Buku ini bertujuan untuk meneruskan informasi pengetahuan Cupak nan Dua dan Kata Nan Empat dengan nuansa masa kini.