Kurangnya aktivitas fisik setelah stroke dapat menghambat rentang gerak sendi sehingga apabila hal ini terus terjadi akan menyebabkan ketergantungan total, kecacatan bahkan sampai kematian. Latihan rentang gerak dengan perlahan dapat membantu menyembuhkan kelemahan otot pasien. Setelah penderita stroke mulai melanjutkan kegiatan fisik dengan terapi fisik yang aman, nafsu makan membaik, akan meningkatkan kesehatan pasien stroke. Peningkatan secara bertahap dapat membantu mencegah keputusasaan. Otot yang terganggu akibat stroke masih bisa membaik berkat latihan rentang gerak. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi stroke harus bersifat umum, khusus, rehabilitasi dan adanya rencana pemulangan klien. Masalah keperawatan yang sering muncul pada penderita stroke yaitu gangguan mobilitas, nyeri akut, gangguan persepsi sensori, gangguan komunikasi verbal.
Dwi Retnaningsih, lahir di Blora, 2 Desember 1981. Penulis menamatkan pendidikan Sekolah Perawat Kesehatan di SPK Depkes Blora tahun 1999. Menamatkan pendidikan di Akademi Keperawatan Muhammadiyah Semarang pada tahun 2002. Kemudian pada tahun 2005 penulis menamatkan pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro. Tahun 2006, penulis menamatkan pendidikan Profesi di Universitas Diponegoro. Pada tahun 2014 penulis menyelesaikan pendidikan Magister Kesehatan Masyarakat di Universitas Diponegoro. Pada tahun 2021 penulis menyelesaikan pendidikan di Magister Keperawatan Universitas Diponegoro. Riwayat pekerjaan penulis, pada tahun 2002 penulis bekerja sebagai perawat di RS Roemani Semarang, tahun 2006 sebagai pengajar di AKPER Widya Husada Semarang, dan sejak tahun 2007 hingga saat ini penulis dipercaya sebagai pengajar pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Universitas Widya Husada Semarang.