THE NEW YORK TIMES , USA TODAY , DAN WALL STREET JOURNAL BESTSELLER
Dr. Kai-Fu Lee—salah satu pakar AI dan China yang paling disegani di dunia—mengungkapkan bahwa China tiba-tiba mengejar AS dengan kecepatan yang sangat cepat dan tak terduga.
Di AI Superpowers, Kai-fu Lee berargumen dengan kuat bahwa karena perkembangan AI yang belum pernah terjadi sebelumnya ini, perubahan dramatis akan terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan banyak dari kita.
Memang, ketika persaingan AI AS-China mulai memanas, Lee mendesak AS dan China untuk menerima dan merangkul tanggung jawab besar yang datang dengan kekuatan teknologi yang signifikan. Sebagian besar ahli sudah mengatakan bahwa AI akan berdampak buruk pada pekerjaan kerah biru.
Tetapi Lee memperkirakan bahwa AI China dan Amerika akan memiliki dampak yang kuat pada pekerjaan kerah putih juga. Apakah pendapatan dasar universal adalah solusinya? Menurut pendapat Lee, mungkin tidak. Namun dia memberikan deskripsi yang jelas tentang pekerjaan mana yang akan terpengaruh dan seberapa cepat, pekerjaan mana yang dapat ditingkatkan dengan AI, dan yang terpenting, bagaimana kami dapat memberikan solusi untuk beberapa perubahan paling besar dalam sejarah manusia yang akan segera hadir
Hati yang gembira adalah obat yang manjur
Kai-Fu Lee adalah seorang ilmuwan komputer terkemuka yang bekerja di Apple, Microsoft, dan Google. Dia kemudian mendirikan Sinovation Ventures, sebuah perusahaan pengelola dana yang berfokus pada bisnis Internet China.
Lee lahir di Taiwan dari orang tua Cina. Lahir di Taiwan, ia beremigrasi dan belajar di Amerika. Ia memperoleh gelar PhD di bidang Ilmu Komputer dari Columbia dan Carnegie Mellon.
Ketika dia menjadi CEO Google, antara 2005 dan 2009, perusahaan Amerika itu sukses singkat di China. Pangsa pasarnya naik dari 9% menjadi 24%.
Dia pergi pada September 2009 untuk mendirikan Sinovation Ventures. Beberapa bulan kemudian, Google menutup kantor pusatnya di China. Lee merasa bahwa jika saja Google tetap fokus pada pasar Cina, ia bisa mendapatkan bagiannya sendiri.
Lee, seorang peneliti dan praktisi, menawarkan perspektif unik tentang revolusi AI. Sebagai seorang eksekutif perusahaan, ia merenungkan dua kekuatan raksasa teknologi abad ke-21.