Lama di Pesantren, fasih ilmu agama, jago ziarah kubur, dan tahan banting puasa, tapi sekaligus mudah tersentuh hatinya pada lalu-lalang kaum Hawa di keramaian.
Kombinasi psikis yang mudah tergores dan hati yang mudah tersentuh membuatnya kerap saking leher karena getol menoleh ke sana-sini dan sering letih lesu karena makin sering ke kamar mandi.
Namanya Cito. Lengkapnya Citogog. Di usianya yang matang-pohon itulah, semesta memperjumpakannya dengan Citi, mahasiswi, aktivis, cerdas, mapan, ayu pula.
Seperti biasa seketika tergoreslah jiwa Cito yang gampang sayang, gampang kangen itu.