Fajar adalah buku kedua dalam trilogi Malam. Ia berkisah tentang Elisha, anak muda yang bertahan hidup dari kamp kematian—seorang yatim-piatu yang kehilangan tidak hanya ayah dan ibu, tetapi juga harapan—lalu direkrut oleh para anggota Perlawanan pada masa ketika pengadilan kebanjiran pekerjaan, penjara meluber, para jagal bekerja penuh waktu, peradilan begitu kejam. Suatu ketika seorang pejuang Yahudi dihukum mati, kemudian para petinggi di Perlawanan meminta Elisha mengeksekusi mati salah seorang pejabat kerajaan sebagai pembalasan.
Elisha adalah Elie Wiesel yang berusaha melakukan refleksi terhadap dirinya sendiri dan masa lalu yang menghantuinya. “Katakanlah tentara Amerika, alih-alih mengirim saya ke Perancis, memberi saya visa untuk ke Tanah Suci—akankah saya tertarik untuk bergabung dengan salah satu pergerakan yang berjuang demi hak-hak orang Yahudi? Dan jika demikian, dapatkah saya betul-betul berkomitmen dan membunuh seorang pria, seorang asing? Akankah saya memiliki kekuatan untuk mengklaimnya sebagai korban saya?”
Jawabannya tentu akan menjadi sebuah simulasi atau fiksi—sebagaimana buku ini. Namun, kekejaman semacam itu begitu dekat dengan sejarah manusia dan Fajar berhasil mengungkap apa yang tak pernah terbayangkan oleh orang-orang yang tak mengalaminya.