Namun, seperti biasa, niat saja tidaklah cukup. Begitupun soal menulis. “Aku mau nulis puisi.” Pasti, belum menulis. Iya ‘kan? Setuju tak setuju, menulis itu bukan mikir, bukan ingin, melainkan melakukan. Bukan akan, melainkan sudah atau minimal sedang-lah.
Dan jatuh cinta adalah jurus utama dan pertamanya adalah pada kata.
Kalau tidak jatuh cinta pada kata, yo wislah, dijamin malas bergaul dengan kata, pun malas bermain kata. Padahal, pergaulan dengan kata itulah yang “kelak di kemudian hari” akan mendorong untuk mengungkapkan perasaan senang, sedih, bangga, kecewa, dan komposisi kehidupan seperti amarah dalam bentuk puisi.
Bukan pukulan atau tawuran
Ajaib mana coba?
Main kata atau main bunuh?
Saya Endah Sulastri lahir di Magelang, 16 Mei 1992. Alhamdulillah melalui sekolah paket, dapat mengantarkan saya ke depan pintu gerbang pendidikan, sambil bekerja sampingan sebagai kapster di sebuah salon. Pada 2011, saya melanjutkan studi di sebuah Kampung Inggris, Pare, Kediri, tepatnya di BEC milik Mr. Kalend Osein. Setelah selesai menganyam Bahasa Inggris di Pare, saya mendaftarkan diri dan diterima di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung (Lewat jalur SNMPTN), namun karena keterbatasan financial, akhirnya memutuskan untuk bekerja dan belajar di sebuah Universitas Terbuka. Waktu kuliah, saya sambil bekerja di sebuah instansi, mengabdi di SDN Borobudur 1 selama tujuh tahun. Pada 2019, saya menjadi Fasilitator Bank Sampah di Kecamatan Borobudur. Di waktu luang, saya mengelola sebuah Taman Baca Masyarakat Omah Eling Ngudiraharjo. Melalui berbagai jejaring Komunitas Literasi Indonesia, Pustaka Bergerak, 1001 Buku, dan Namaaz Dining, sehingga TBM Omah Eling Ngudiraharjo dapat menggalang donasi buku dari para donatur. Bagi teman yang suka baca buku dan hunting referensi jangan lupa mampir ke Omah Eling Ngudiraharjo ya! GRATIS.
Website: pustakarumahc1nta.org;
Instagram: @pustakarumahc1nta