Frans Pascaries lahir di Jakarta pada 1980. Kurang lebih sejak 2005 hingga 2008 ia mengawali karier ke-
penulisannya dengan bekerja paruh waktu sebagai kontributor Majalah Hidup. Meski tak lama, ia juga
pernah bekerja sebagai reporter untuk I-Radio Jakarta. Sejak duduk di bangku SMA hingga saat ini tulisan-
nya diterbitkan Majalah Hidup, Kompas Jawa Tengah, Detik.com, The Jakarta Post, Historia.id, Indoprogress.
com, Katolikana.com, dan Tempo.co. Ia menaruh minat antara lain pada soal eks-tahanan politik 1965, Timor-
Leste, bisnis warteg, serta kekerasan seksual terhadap perempuan.
Pada 2007 ia menjadi salah satu peserta Lomba Menulis Esai. Meski tidak jadi pemenang, esainya saat
itu jadi salah satu yang dimuat dalam buku Gereja Warteg: Refleksi 200 Tahun Gereja Katolik Keuskupan
Agung Jakarta. Ia juga menjadi anggota tim penulis buku berjudul Karya Cinta: Lima Puluh Tahun Peziarahan
Melania Jakarta. Pada 2008 buku itu diterbitkan atas kerja sama Yayasan Melania Jakarta dan Majalah Hidup. Pada 2011 ia mengikuti kursus menulis narasi di Yayasan Pantau, Jakarta. Ia juga sudah menerjemahkan dua buku berbahasa Spanyol untuk Penerbit Marjin Kiri. Kedua buku itu diterbitkan dengan judul Ketakberhinggaan di Telapak Tangannya (fiksi, 2019) dan Bisnis Perbudakan Seksual: Menelusuri Perdagangan Perempuan dan Anak-Anak Internasional (nonfiksi, 2021). Pada September 2019 ia meninggalkan pekerjaan sebagai staf lokal untuk Kedubes Kolombia di Jakarta. Pilihan itu diambilnya dengan penuh kesadaran agar bisa merawat anak perempuan satu-satunya, sementara sang istri melanjutkan karier sebagai dosen. Selain bekerja paruh waktu sebagai anggota tim penerjemah untuk Human Rights Watch, sejumlah lembaga dan individu, ia juga mengerjakan transkripsi untuk wartawan asing maupun lembaga. Di tengah semua kegiatan itu, pada 2018 ia mulai menekuni bisnis warteg. Untuk keperluan korespondensi, ia bisa dihubungi melalui [email protected] dan Intagram serta Twitter @fpascaries.