Hari ini akan menjadi hari yang berat. Saya harus menghadapi musuh bebuyutan: anak kecil. Jujur, saya nggak suka anak kecil. Ribut, berisik, dan rewel. Manis 5 menit, ngeselinnya 1 jam.
Saya ambil benda rahasia yang saya temukan di mobil Gosia. Sebuah boneka tikus yang dalam bahasa Polandia-nya disebut Szcurc, saya keluarkan dari kantong celana jeans. Si Tikus nggak sendirian. Cepot, si Wajah Merah asal Jawa Barat, akan menemaninya dalam sebuah drama yang sepenuhnya merupakan cerita hasil karangan spontan. Mudah-mudahan ini tak hanya bisa memancing tawa, tetapi juga sekaligus mengenalkan budaya Indonesia kepada mereka.
Pertunjukan dimulai! Inilah kisah persahabatan antara Indonesia-Polandia. Kisah dua sahabat yang lama tidak jumpa karena terpisah ribuan kilometer. Kisah pertemanan, yang saya bayangkan, ibarat Cepot dan STURKY--nama panggilan si boneka Szcur yang mendadak terlintas di benak saya.
Erditya Arfah bukanlah seorang maestro seni. Dia juga belum pernah mengajar sebelumnya. Bermodal nekat, dia bertualang menjelajah Polandia demi memperkenalkan budaya Indonesia. Banyak pengalaman unik yang dialami di negara elang putih ini, mulai dari yang biasa, seperti "berkenalan" dengan kakek pemabuk di Pocong, sampai hampir mati kedinginan di suhu -2 derajat celcius. Semua pengalaman ini membuatnya semakin yakin bahwa siapa pun bisa jadi duta bangsa.
Bagian terbaik dari buku ini bukan hanya pemahaman tentang Indonesia dan persepsinya di mata dunia, melainkan cara bertutur Erdit yang lucu, seolah kita sudah kenal lama dengan dia.
-Pandji Pragiwaksono (Presenter TV, Penyiar, Musisi, dan Penulis)
#MariBaca
-Bukune-