Mama langsung menghempaskan dirinya di atas sofa ruang tamu. Aina duduk bersebrangan dengan mertuanya.
"Iya, Ma. Tau sendiri kondisi pandemi gini. Jarang banget yang pake jasaku sekarang."
Aina memang punya WO yang lumayan besar. Berawal dari keahliannya merias pengantin, akhirnya ia bisa menjalankan bisnis wedding organizer.
Sebenarnya ia memiliki satu bisnis lain, yaitu kontrakan 10 pintu yang ia sembunyikan dari suami dan keluarganya. Uang dari WO sedikit demi sedikit dipakai membuat kontrakan.
Karena sepi, ia berpikir untuk mengakhiri bisnis WO. Ia akan alihkan pada bisnis kontrakan yang lumayan laris. Lagipula, penyebaran virus covid membuatnya bergidik. Di bisnis WO, dia tak bisa menghindari bertemu banyak orang.
"Kamu nggak pernah promosi sih sekarang? Liat aja tetangga kita banyak kok yang hajatan, tapi mereka nggak mau pake jasamu."
"Kalau mereka mau pake WO-ku, pasti datang ke sini, Ma. Lagian itu berarti belum rezeki kita."
"Kamu bisa-bisanya ngajarin orang tua! Kamu tuh Aina, kalau ngandelin gaji suamimu kita nggak mungkin menutup keuangan bulanan kita. Tau sendiri suamimu Faris cuma staf administrasi di perusahaan asuransi. Belum lagi kalau perusahaan asuransi itu nanti colaps, bisa-bisa Faris nggak kerja lagi."
Faris hanya bisa menunduk. Tak sepatah katapun keluar dari bibirnya. Sanggahan saja tak ada, apalagi pembelaan terhadap Aina.