===
"Mohon kisahkan pada kami tentang Rasulullah."
Nampak sekali dari wajah pecinta seni itu. Wajah milik Atha¡ 'dan Ubaid bin Umair.
Namun yang dimintai balasan malah terdiam. Riak-riak rindu untuk menyanyikan kekasih tiba-tiba menyesaki dada saat dia dipanggil. Sangat banyak kisah bersama lelaki mulia itu terlalu manis untuk dilupakan. Masih teringat jelas di memori otak, saat lelaki berwajah rembulan mengajaknya lari lari. Dan kompilasi mereka selesai garis akhir, lelaki itu akan mengecup keningnya mesra hingga meronalah pipinya.
“Humairaku, pipimu memerah lagi,” ucap lelaki sambil tersenyum senang.
Yang digoda jadi salah tingkah, segera mencubit lengan sang kekasih. Mereka pun tertawa bersama.
Ia juga takkan lupa betapa anggunnya kepribadian sang suami selama hidup dalam satu atap. Lelaki itu, seperti memiliki segudang rumus cara membuat istri semakin menyukai hari ke hari. Pernah, suatu pagi ia mengejutkan kompilasi melihat sang suami berjalan ke dapur. Seketika ia teringat sesuatu.
“Aduh! Aku lupa membuat sarapan. Pasti sekarang dia lapar. "
Akhirnya ia bangkit, memenangkan sang suami dari belakang.
Perempuan itu langsung memejamkan mata seusai melihat lelaki berwajah rembulan dibuka-buka wadah makanan di dapur. Kosong. Sang suami tak menemukan satu pun makanan.
“Aduh, bagaimana ini?” Perempuan itu salah tingkah.
"Suamiku," ucapnya sambil tersenyum getir. "Hehe ... Maaf, aku lupa memasak sarapan hari ini."
Andai lelaki itu kita, mungkin jawaban yang pertama kali keluar dari mulut adalah ucapan kekesalan atau bahkan cacian. Menganggap memiliki istri tak becus. Tapi tidak, lelaki itu berhati-hati, seterang terluka. Pikirannya jernih, sejernih air mata.
Lelaki itu malah balas tersenyum, senyum yang mampu menentramkan hati yang mencoba menatap.
"Oh, hari ini aku memang mau puasa kok, Sayang."
Lantas sang istri lantas menyatakan dengan tegas, meyakinkan sangat membantah, “Aku benar-benar meminta maaf.”
"Hei, tak apa. Kan sudah aku, hari ini aku puasa. Puasa sunnah. ”Lelaki tampan itu membalas dekapan. Lembut.
"Ibunda ..." suara Ubaid bin Umair memecah lamunannya. "Mohon kisahkan pada kami tentang Rasulullah."
Ia menghela nafas, "Ah, semua perilakunya sungguh menakjubkan."
Kemudian mengalirlah kisah itu dari bibir Ummul Mukminin, Aisyah - semoga Allah merahmati beliau--. Kisah tentang satu malam yang dihabiskan oleh Rasulullah dengan air mata.
(Tentang Satu Malam yang Dihabiskan dengan Air Mata)
***
Salah satu cerita yang terdapat dalam buku Multi Level Pahala. Buku karyaku yang ke-10. Alhamdulillah, karena Allah menyediakan langkahku dalam melengkapi buku ini.
Multi Level Pahala. Kok mirip sama Multi Level Marketing, Fit? Emang kamu nyari downline?
Hehe. Ada alasan yang melatarbelakangi Karena aku, tentu saja setelah diskusi dengan istri, memilih judul ini.
Buku Multi Level Pahala mulai aku susun setelah diilhami orang lain, kompilasi putra pertama kami diopname tahun lalu. Padahal kami belum pernah bertemu. Tapi apa yang dia ucapkan begitu membekas dalam hati,
“Buatku, saudara itu gak mesti karena ada ikatan darah. Tetapi juga karena adanya ikatan batin dari Allah. Aneh mungkin. Tapi ya gitu deh aku. Cintai kamu semua. "
Ya, menguntungkan tidak harus melihat apakah ada hubungan darah antara kita dengan mereka. Seperti mengingat Abu Bakar yang tiba-tiba membeli dan memerdekakan Bilal, meski dengan harga berlipat-lipat lebih mahal kompilasi itu disiksa di tanah panas dan ditindih batu. Setelah menjadi bagian dari Rasulullah, Bilal ditunjuk sebagai muadzin. Maka, setiap orang yang datang ke masjid karena mendengar adzan Bilal, ada pahala yang mengalir tiada henti untuk Abu Bakar.
Sama halnya jika saya mendukung orang lain, karena ingin meminta imbalan seseorang yang membantah saat si sulung opname lalu, maka setiap kebaikan ada jatah pahala untuknya tanpa mengurangi sedikit pun pahalaku. Mirip MLM, bukan?
Kebaikan harus terus ditebar, karena ia akan berbuah surga bagi yang menyemainya.
Di buku ini, saya lebih fokus untuk mengulas kehidupan Rasulullah dan para sahabat yang penuh cinta itu. Juga menyelipkan kisah-kisah nyata lainnya yang insyaAllah membuat kita lebih senang menebar benih kebaikan.
“Multi Level Pahala” merupakan buku ke-10 karya Fitrah Ilhami. Bagi laki-laki asal Surabaya ini, menulis merupakan sarana menasehati diri sendiri. Menulis juga ia rasakan sebagai lahan memberikan ketenangan batin, tempat mengungkapkan segala resah di dada. Itulah sebabnya ia selalu menyempatkan diri untuk menulis di sela-sela kesibukan mengajar di SMP Islam Terpadu di Surabaya.
Selain itu, penulis juga menjadi salah satu personil grup nasyid Fatwa Voice. Grup ini sering diundang untuk mengisi acara pernikahan, dan kalau di rumah sering disuruh mengisi elpiji sama air galon oleh istrinya masing-masing.
Salam karya!