“Barangkali kau benar karena ulah lelaki, kebanyakan pasien di sini adalah perempuan,” kataku dengan murung. “Kenyataannya memang demikian, urusan cinta, soal rumah tangga, kekejaman bapak pada anak perempuannya, dan seterusnya dan seterusnya,” lanjutmu enteng. *** Buku ini berkisah tentang Tarmi, pasien rumah sakit jiwa yang tak pernah berhenti bicara, ngomong seperti tak mengenal capek, ngedumel tak karuan, lalu tertawa terbahak-bahak. Tentang Maya, yang suka menangis sampai sembab, kelopak matanya sampai bengkak, bantalnya pun basah kemudian menerawang memandang keluar jendela. Tentang Yu Lastri perempuan berusia 40 tahun yang selalu mengeluh pegal-pegal, ngilu pinggang dan nyeri kaki. Juga tentang Astrid, Helen, Redi, dan orang orang yang dianggap gila, atau sengaja dibuat gila. Di balik kegilaan mereka tersimpan berbagai cerita seperti kisah 30 September 1965, kerusuhan Mei 1998, penggusuran rumah, dan patah hati karena cinta. Di balik kegilaan mereka ada sejarah hidup yang penuh makna.