Amel tidak menyangka akan bertemu lagi dengan penoreh luka di masa putih birunya. Pacar pertama yang membuatnya muak hingga bersembunyi bahkan tanpa sempat mengakhiri hubungan mereka.
Zidan, baginya hanyalah seoonggok manusia bernyawa yang hanya bisa menyakitinya, kini ia harus menjadi pelarian Zidan karena perjodohan yang orang tua mereka rencanakan.
Saat Zidan meminta untuk merahasiakan pernikahan mereka, nyatanya benci itu kian bertambah meski ada perasaan lain yang mungkin sama kuatnya.
Diam-diam keduanya sadar ada tali pernikahan yang mengikat mereka begitu kuat. Ditakdirkan saling memiliki lagi dengan sebuah komitmen di mana keduanya berjanji di hadapan Tuhan untuk menjalani bahtera rumah tangga dengan sebaik-baiknya.
Akankah mereka mampu? Mengurai benang kusut itu, lalu menyulamnya menjadi sehelai cinta yang sempurna dan tidak berakhir?