"Apalagi sih Bu? Vanilla bosen hidup susah terus! Sekarang Vanilla sudah besar dan biarkan Vanilla menentukan jalan hidup Vanilla sendiri!" Ucap seorang gadis bernama Vanilla itu. Dia tetap melanjutkan langkahnya membawa sebuah tas besar berisi pakaian untuk meninggalkan rumah yang selama ini dia tempati bersama sang ibu.
"Tapi apa yang mau kamu lakukan itu salah! Ibu nggak mau kamu salah langkah Nak... Pikirkan lagi baik-baik! Jangan putuskan sesuatu dengan terburu-buru,"
Vanilla menghentikan langkahnya. Berbalik dan menatap sang Ibu dengan perasaannya yang remuk redam.
"Maafin Vanilla, Bu. Vanilla sudah putuskan untuk menerima tawaran Vanessa. Uang pemberian Vanessa nanti akan Vanilla gunakan untuk biaya pengobatan Ibu," ucap Vanilla dengan suara parau. Dia menyeka air mata yang hendak jatuh di pipinya. "Vanilla pergi dulu,"
"Jangan Vanilla... Jangan pergi... Jangan lakukan itu Vanilla... Jangan..."
Vanilla terus melanjutkan langkahnya. Berusaha untuk tidak perduli dengan ratapan tangis pilu sang Ibu.
Sementara sang Ibu yang tak berdaya mengejar Vanilla akibat keterbatasannya, hanya bisa terdiam di ujung jalan sepi. Berharap sang anak akan kembali. Meski, hal itu tak juga terwujud.
Bahkan saat dia terbangun dari tidur keesokan harinya, Kenari tetap tak menemukan Vanilla pulang.
Vanilla benar-benar pergi.
Meninggalkannya.
"Kembali Vanilla... Jangan menjadi seperti Ibu... Ibu nggak ingin kamu menyesal..." Gumam Kenari dalam tangis.
Eternity is your Indie and “SELF PUBLISHING SOLUTION”
Kami menerima naskah bergenre apapun dari penulis manapun tanpa terkecuali. Terbitkan karyamu dengan proses yang lebih mudah, aman, menguntungkan, dan terpercaya bersama Eternity Publishing. Kirim naskahmu melalui surel [email protected].