Sinema merupakan sebuah karya seni yang dapat memukau pemirsanya. Sebuah sinema memerlukan pemikiran dan perencanaan yang sungguh sangat matang. Diawali dari pencarian ide, penyusunan naskah, storyboard, bahkan data-data riset bertahun tahun serta tahapan-tahapan panjang yang harus dilalui dalam memproduksi sebuah sinema. Selain perencanaan terkait proses, terkadang para sineas juga perlu mengetahui segmentasi pasar yang akan dijajakinya. Bukan hanya sampai disitu saja, sebuah produksi sinema memerlukan pula pertimbangan tayangan yang akan disajikan, etika, aturan yang berlaku, dan waktu tayang serta hal yang berkaitan lainnya. Hal ini sering kali berbenturan dengan idealisme para pemikir ide kreatif dalam sinema.
Sinema cenderung dianggap hanyalah sebuah hiburan belaka, namun anggapan itu tidaklah semuanya salah, perlu cara khusus dalam memahami pesan dari sebuah sajian sinema. Sinema sebagai buah tangan kerja keras sineas merupakan media yang memproduksi makna melimpah. Kandungan makna yang disisipkan oleh sineas yang cerdas terkadang tidak terbaca oleh pemirsa atau penikmatnya. Hal ini terkadang dirasa cenderung disengaja untuk mempengaruhi psikologis dari pirsawan-nya. Pesan-pesan semiotik dalam sinema selain sulit terbaca oleh pemirsa awam, perlu berulang ulang diputar dan penghayatan untuk memahami makna yang tersembuyi dari tayangannya. Jika sebuah tayangan sinema dapat ditangkap maknanya, maka hal tersebut tentunya menjadi lebih berarti dan tak sekedar hanya menjadi sebuah hiburan akhir pekan.
Sinema sering kali disamakan dengan film, padahal itu adalah hal yang berbeda. Pada ulasan ini, akan dijelaskan ragam perbedaan yang terkait dengan sinema serta hubungannya dalam ragam istilah yang populer di masyarakat, namun terkadang beberapa istilah memakai peristilahan berdasarkan kebiasaan. Ini bertujuan memberikan sebuah pengetahuan yang perlu dipahami agar tidak terjadi kesalahpahaman yang berkelanjutan. Ulasan prihal sinema dalam buku ini bukanlah ulasan komprehensif, tetapi ulasan yang ada, dapat memberikan pemikiran atau bahkan pengembangan lebih lanjut. Diperlukan lebih banyak referensi yang lebih mendalam dalam bentuk tulisan secara teoritik ataupun praktis yang dapat melengkapi pengetahuan tentang sinema sebagai referensi bagi bibit sineas muda untuk berkarya.
Pada bahasan buku ini, dibahas pula tokoh yang dianggap berpengaruh bagi dunia sinematografi. Beberapa sinema populer dunia yang banyak digandrungi penikmatnya juga akan dibahas singkat dengan beberapa sudut pandang, setidaknya memberikan informasi penting dalam perkembangan sinema saat ini. Beberapa bahasan sinema populer tadi, akan diungkap dari sisi makna realitas paradoks yang dikandungnya, hal ini bisa pula menjadi sebuah sisipan strategi lain yang diusung sineas itu sendiri. Fenomena ini mencoba diulas dan dianalisis dari perspektif penulis sebagai penikmat sinema populer.
Penyusunan buku ini merupakan sebuah studi referensi dan sebuah inisiasi sumber bahasan tentang sinema, walaupun penulis bukanlah seorang pelaku, pakar ataupun praktisi bidang sinema, namun motivasi mendasar penulisan tentang bahasan sinema ini dikarenakan oleh perkiraan dalam fakta minimnya sumber tertulis yang diterbitkan sebagai bahan acuan pengantar ataupun buku bacaan menambah pengetahuan yang membangkitkan rasa penasaran. Kesalahpahaman dalam memahami sinema sering kali terjadi pada karya tulis ilmiah skripsi ataupun tugas akhir pada perguruan tinggi bahkan di kalangan praktisi pemula yang ingin mendalami dunia sinematografi dan pengantar mata kuliah videografi atau sinematografi. Berlaku sebagai penikmat sinema, tulisan dan ulasannya pada buku ini merupakan kumpulan dari berbagai sumber dari internet ataupun buku yang dicoba untuk disarikan menurut sudut pandang penulis. Tulisan pada buku ini mungkin belum dirasa sempurna, namun hal tersebut masih terbuka untuk penyempurnaan lebih lanjut.
Sebuah harapan dipublikasikannya buku ini, menjadi motivasi para sineas profesional untuk berbagi beragam pengalaman dalam bentuk tulisan yang lainnya. Pelik, manis, pahitnya problematika dalam dinamika produksi sebuah sinema dapat dirasakan dan menginspirasi pembaca atau para sineas sekalipun. Akademisi diharapkan pula memiliki peluang untuk mengkaji lebih mendalam fenomena yang ada di ranah sinematografi ini. Karena pada dasarnya, masih banyak topik yang dapat diulas dan disegarkan, guna memperkaya referensi pada ranah sinematografi yang sungguh menarik ini. Mudah-mudahan semua ini dapat berkelanjutan dan memberikan dampak positif pada ruang dimensi sinema Indonesia untuk berkarya dan melangkah lebih jauh kedepan, di dalam ataupun luar negeri. Sehingga sinema Indonesia mendapat ruang dan peluang lebih besar untuk menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Mohon maaf dan permakluman jika terdapat kesalahan penyebutan, penjabaran/penjelasan, penulisan atau kekurangan lain yang terdapat pada buku ini. Cerdaskan bangsa lewat sinema, tentramkan jiwa memahami sinema, salam sinema.
I Nyoman Anom Fajaraditya Setiawan, kelahiran Bali, 8 Juli 1982, berprofesi sebagai dosen pada peminatan Desain Grafis dan Multimedia di STMIK STIKOM Indonesia. Berlatar belakang Desain Komunikasi Visual (S1), Pengkajian dan Penciptaan Seni (S2), serta kini sedang melanjutkan studi S3 di Kajian Budaya, Universitas Udayana. Sering melakukan riset topik DKV dan fenomena budaya populer. Sejak berkutat dalam pergaulan ilmu DKV-lah, mulai mengenal elemen fotografi, videografi, dan sekilas tentang sinema. Selain menjadi seorang akademisi dan membuat karya ilmiah, aktif pula dalam membuat karya ilustrasi manual ataupun digital, dan juga saat ini berprofesi pula sebagai praktisi seni rajah tubuh (tattoo) yang telah dijalani sejak lama.
Facebook : web.facebook.com/anomkojar
Instagram : @anomkojarbali
Email : [email protected].
Situs : majestytattoobali.co.id