Jauh sebelum ilmuwan barat berbicara soal fisiognomi, sarjana Islam Fakhruddin ar-Razi (1149―1209) telah terlebih dahulu membicarakannya. Lebih dari itu, ia telah menuliskannya menjadi sebuah buku berjudul al-Firâsah. Ilmu dalam buku ini diyakini merupakan warisan para Nabi.
Gerolamo Cardano (1501―1576), fisiognom asal Italia mengatakan, karakter orang ditentukan oleh bentuk, garis, dan tanda-tanda di dahinya. Sementara Ar-Razi―di masa yang berbeda―telah menerbitkan buku berjudul Dalâil al-Jabhah (Petunjuk-petunjuk dari Dahi).
Fakta di atas menegaskan bahwa buku ini sangat otoritatif untuk dibaca. Tak mudah mengenal karakter seseorang tanpa landasan ilmu yang benar dan tepat. Tentu kita tak mau gambling dalam hal ini. Reputasi kita taruhannya. Selamat membaca buku yang penuh dengan fakta-fakta mencengangkan ini!
Fakhruddin ar-Razi (554—606 H/1150—1210 M) bernama asli Muhammad bin Umar bin Hasan bin Husain at-Taimi al-Bakri. Dia seorang imam ahli tafsir; orang yang paling cemerlang pada masanya, baik itu di bidang logika (al-ma’qul), teks agama (al-manqûl
), maupun ilmu-ilmu kuno. Dia bernasabkan suku Quraisy dan berasal dari Tabaristan, Iran. Dia lahir di kota Ray yang menjadi nisbah namanya. Ar-Razi biasa dipanggil dengan nama Ibnu al-Khathib ar-Ray. Dia melakukan perjalanan ke Khawarizm, Transoxiana, dan Khurasan sampai akhirnya wafat di Herat.4 Masyarakat begitu antu- sias menerima kitab-kitab karyanya sejak ia masih hidup dan banyak mempelajarinya. Ar-Razi juga dikenal pandai berbahasa Persia.
Sungguh ar-Razi adalah sosok pribadi yang multitalenta, memiliki berbagai kelebihan, menguasai begitu banyak ilmu, dan sangat cerdas.