Isyarat yang Terjawab

· AE Publishing
Liburu elektronikoa
300
orri
Balorazioak eta iritziak ez daude egiaztatuta  Lortu informazio gehiago

Liburu elektroniko honi buruz

 “Tashya….”

Tashya tersentak kaget.

“Kok, malah melamun? Maaf, jika pertanyaanku tadi membuatmu menjadi tak enak hati!”

“Papaku menikah lagi. Begitu juga, dengan Mama. Mereka sudah mempunyai anak dari pernikahan yang baru, masing-masing satu. Laki-laki semua,” jawab Tashya, datar.

“Selamat, Shya! Kamu memiliki adik! Dua sekaligus, lagi!” ucap Dinda, langsung memeluk Tashya dari belakang.

“Tak pantas, kamu memberi ucapan selamat padaku, Din! Aku sama sekali tak berbahagia atas kehadiran kedua adik beda ayah atau mama. Mereka bukan saudara kandungku! Lagipula, Din, kedua orang tuaku tetap melakukan perang dingin. Tak pernah lagi bertegur sapa! Aku dan Kak Raka tidak tinggal dengan mereka. Kami memilih untuk tetap tinggal di rumah yang dulu, ditemani Mbok Rus. Papa membeli rumah lagi. Begitu juga, dengan Mama. Ia tak mau kalah. Sepertinya, mereka saling memamerkan harta kekayaan. Kami sebagai anak kandung, dilupakan. Kak Raka sendiri sekarang sudah bekerja di imigrasi. Karena, tak berguna sama sekali, mengharapkan uang pemberian Papa dan Mama yang sering terlambat!”

“Apakah sesedih itu perasaanmu, Shya?”

Tashya tertunduk, nyaris tak bisa berkata-kata. “Karena itulah, aku lebih sering di rumah daripada bepergian ke mana-mana. Rasa kecewa ini menjadi terlalu berlebihan, nyaris tak tertanggung,” sahut Tashya. Hal. 4.

Mata Tashya tertuju pada sebuah foto yang terpajang tepat di dinding tangga yang dilewati. Foto ketika keluarganya masih utuh dulu.

Sedetik kemudian, Tashya langsung duduk tersungkur dengan linangan airmata. Ia tak kuat, mengenang masalalu yang penuh kebahagiaan dan rasa saling melengkapi. Rasanya, sakit sekali. Seperti, dihajar massa tanpa ampun.

Tangisannya semakin pilu ketika menatap seluruh foto yang terpampang di setiap sudut ruangan. Tak sanggup lagi, ia menahan semua sesak yang bergelayut dalam dada. “Aku tak tahan lagi!” Ia putus asa pada kenyataan diri sendiri. Embusan napasnya terdengar berat saat diraih salah satu foto yang berada di sisi tangga. Hal 29.

Tashya menghela napas sejenak sebelum melanjutkan goresan penanya. Kali ini, ditumpahkan uneg-unegnya pada sang ayah.

Kamu yang bajingan itu, bagaimanapun juga, adalah suami Mama. Ayah tiriku. Sungguh, kamu tak adil dalam mempermainkan diriku dan keluarga. Kamu memakai tameng ancaman, hendak membunuh, memutilasi, dan menyiksa kami hidup-hidup. Celakanya, aku percaya pada ancamanmu. Dasar, kamu bajingan! Kurang ajar!

Sekarang aku hamil, Bajingan! Hamil dari hasil perbuatanmu! Namun, kamu bukannya mau bertanggungjawab, malah memintaku untuk menggugurkan kandungan. Melakukan aborsi! Kamu memang bodoh! Lebih bodoh dari kaum jahiliyah! Kamu bejat! Lebih bejat dari kelakuan binatang. Dasar, Manusia Berhati Iblis! Tega-teganya, menodai anak tiri sendiri sebelum menyuruh membunuh janin yang dikandungnya!

Tashya terus merajut aksara dengan deraian airmata. Tetesan air matanya terkadang terjatuh ke lembaran diary yang terpampang lebar. Membuat tintanya beradu dengan rembesan air mata. Hal 87

Raka terdiam sebelum berdiri dari tempat duduknya. Sepenuhnya malas, mendengar ceramah ibunya yang dianggap tak penting.

“Nak, maafkan kami, yang tidak bisa menjadi orang tua, seperti yang kalian harapkan! Kami telah gagal dalam melalui gejolak politik rumah tangga yang pernah mengguncang keluarga kita. Pun, tak sabar dalam menahan diri masing-masing, hingga seperti ini akhrinya.”. Hal 106

Sayang sekali, semua belum berakhir di situ. Tashya harus kembali merasakan sakitnya diperlakukan seperti binatang. Ia diminta melayani nafsu lelaki bejat dengan tak senonoh.

“Shya!” panggil Pak Sabda, yang tiba-tiba masuk ke kamar Tashya.

Saat itu, Tashya sedang membaca buku pelajaran bahasa Indonesia demi persiapan ulangan susulan.

“Sekarang, aku mau minta jatah, seperti biasanya. Jangan membantah, ya!” tukas Pak Sabda. Tanpa berbasa-basi lagi, langsung memeluk Tashya. Diciuminya dengan liar tanpa memberikan kesempatan sedikit pun bagi Tashya melawan.

Tashya hanya bisa merintih, kesakitan. Mengucap kata ampun dengan suara berat dan tertahan. Membuat nafsu lelaki bejat itu semakin terbakar, tak terkendali.

Pak Sabda semakin bersemangat dan merajalela, menyentuh raga Tashya.

Seluruh tubuh Tashya tidak terlepas dari jamahan Pak Sabda. Mengakibatkan Tashya merinding dan menggigil sendiri.

“Aku tak tahan lagi,” ucap Pak Sabda, langsung melucuti pakaian Tashya, hingga tak ada satu benang pun yang menutupi tubuhnya. Matanya semakin binal ketika melihat apa yang tak pantas ditatap. “Kau sangat menggoda!” timpalnya lagi.

“Jangan! Aku mohon! Aku sudah pernah menggugurkan janin di rahimku. Aku tak mau lagi kejadian itu terulang kembali. Cukup! Cukup sudah, kau merusak semuanya!” jerit Tashya.

“Diam kamu! Jangan macam-macam atau kamu mau mati,” ucap Pak Sabda sambil menodongkan sebilah pisau keleher tashya.

Jika kamu masih sayang dengan nyawamu. Nikmati saja permainan ini! Jangan munafik! Kamu juga senang, kan, dibeginikan?” sahut Pak Sabda. Hal 121

Egileari buruz

Rizal Azmi dilahirkan di Panyaungan, 29 Agustus

beberapa tahun silam. Menulis adalah salah satu hal

penting dalam kehidupan Rizal Azmi. Tercatat ini adalah

novel inspiratif kedua yang telah diterbitkan, Novel

Pertamanya adalah Tetesan Air Mata Isyarat (2017) &

Tangisan Malaikat Bumi (2019). Selain novel, ia juga aktif

dalam kepenulisan sajak, terlihat dari buku hasil antalogi

bersama penulis dengan beberapa penulis lainnya seperti

Antologi Puisi Sajak-sajak Anak Negeri (2016) Antalogi Puisi

Baper (2016), Antologi Puisi Pergi, Tinggal, Senja &

Purnama (2020) Antalogi Puisi Antara Aku, Kamu, dan Dia

adalah Kita (2020), Antologi Cerpen The Books Of Fantasy

(2020), Antologi Cerpen Pelakor (Duri Dalam Cinta) (2020),

Antologi Cerpen Hujan (Rinai Hujan) (2020), dan Antologi

Cerpen Our Story (2020).

Penulis novel adalah satu dari ribuan cita-citanya

sejak kecil. Untuk komentar, kritik, dan saran bisa dihubungi

lewat:

Email : [email protected]

FB : Rizal Azmi

Twitter : @Rizaazmi_rizal

IG : @Rizalazmi29

Telepon : 0813-5179-4002

Baloratu liburu elektroniko hau

Eman iezaguzu iritzia.

Irakurtzeko informazioa

Telefono adimendunak eta tabletak
Instalatu Android eta iPad/iPhone gailuetarako Google Play Liburuak aplikazioa. Zure kontuarekin automatikoki sinkronizatzen da, eta konexioarekin nahiz gabe irakurri ahal izango dituzu liburuak, edonon zaudela ere.
Ordenagailu eramangarriak eta mahaigainekoak
Google Play-n erositako audio-liburuak entzuteko aukera ematen du ordenagailuko web-arakatzailearen bidez.
Irakurgailu elektronikoak eta bestelako gailuak
Tinta elektronikoa duten gailuetan (adibidez, Kobo-ko irakurgailu elektronikoak) liburuak irakurtzeko, fitxategi bat deskargatu beharko duzu, eta hura gailura transferitu. Jarraitu laguntza-zentroko argibide xehatuei fitxategiak irakurgailu elektroniko bateragarrietara transferitzeko.