Ibu yang menyambutku di depan pintu bertanya sambil melihat sepeda motor yang pergi meninggalkan rumah. “Teman,” sahutku sembari melepas sepatu. Ibu menatap sampai teman lelaki yang mengantarku pulang menghilang dari pandangan.
“Teman atau pacar?” Cecar ibu sembari berjalan dan duduk di kursi ruang tamu. Aku tak menghiraukan dan terus berjalan masuk ke kamar.
“Kalau pacaran itu cari lelaki yang sudah mapan. Kamu itu sudah berumur seharusnya mencari suami, bukan asyik pacaran bonceng sana bonceng sini. Malu sama tetangga, Rum,” ucap ibu dari ruang tamu. Suara ibu terdengar jelas dari kamarku
Aku menghela nafas. Menjatuhkan tubuh letih di bibir tempat tidur. Telingaku siaga untuk mendengarkan tausiah ibu selanjutnya.