Sulit akur dengan mertua, berdebat terus dengan ipar satu-satunya, diperparah pria berlabel suaminya itu ... ibarat kepala dilepas ujung kaki digelayuti, membuat Semesta terus menerus memupuk sabar. Sampai cintanya yang tulus dihadiahi selembar surat perceraian.
Tanyanya selalu berpusing di kepala. Ini keberuntungan atau musibah untuknya?
Namun Semesta tetap lah Semesta. Ia biarkan itu semua bergema di hidupnya. Ia percaya, balasan akan datang. Suatu saat nanti akan ada 'Jagad' yang ia pijaki dengan kedamaian. Tapi kapan? Bukan kah ... sabarnya manusia ada batasnya?