Selanjutnya, disajikan hikayat yang membangkitkan renungan-renungan sufistik tentang sepasang sahabat, yang satu jahat seumur hidup (Abu Qair), satunya lagi baik seumur hidup (Abu Shair). Hikayat ini mendedahkan bahwa rupanya kebaikan yang tak terbatas mampu “membunuh” kejahatan yang tak terbatas. Diangkat pula hikayat perselingkuhan seorang istri Yahudi—suaminya juga Yahudi—dengan lelaki Nasrani. Hikayat ini membuka kedok tabiat buruk bangsa Yahudi yang terkenal dalam al-Qur’an, yakni demi keselamatan, kesenangan, dan keuntungan dirinya, mereka mampu melakukan apa saja, termasuk sesuatu yang bertentangan dengan hati nuraninya sendiri.
Terakhir, dibentangkan kisah tentang saudagar bersahaja asal Mesir, Tajuddin, yang putranya, Nuruddin, terperosok dalam gemerlap kehidupan kawula muda yang melanggar batas-batas agama dan tradisi. Padahal, mulanya ia seorang pemuda yang tak akan melakukan apa pun tanpa diperintahkan oleh Allah Swt. dan tanpa izin dari orang tuanya. Ia lantas dihukum oleh Tuhan dengan “dibuang” ke kota jauh Iskandariah. Tetapi, ini bukan akhir hidupnya, justru permulaan dari petualangannya. Hal-hal fantastis apakah yang akan ia hadapi? Jilid ini akan menjawabnya.