pinggiran itu selayak bayang dan layang. sejenak bisa jadi kita bingung ketika seseorang bermain bayang dengan jarinya. kita tak lagi melihat jari tetapi melihat pinggiran dan tak mengerti bentuk jari itu maknanya apa. tetapi jika cahayanya cukup, cara memandangnya tepat, kita akan melihat bayangan yang bermakna.
selain itu, kita tanpa sadar bahwa adalah keniscayaan membuat kita, manusia adalah makhluk yang memegang jutaan layang di jemarinya. entah itu masa lalu, masa depan, topeng ini itu, lawan jenis, dan layang layang lain. setinggi apapun layang itu, ia tetaplah bagian diri kita. kita tetap terhubung dengan pinggiran kita tadi.
nah, untuk tetap terhubung, untuk tetap mengerti pinggiran tadi, kita musti adil dalam melihat, musti memastikan teraju yang baik untuk membuat layangan kita tetap mengambang. demikian juga kata, sastra, budaya, seharusnya jadi pandangan yang adil, teraju yang seimbang untuk menceritakan pinggiran kita. semoga.
*Seluruh hasil penjualan akan didonasikan untuk kemanusiaan/pendidikan/korban bencana alam.
Pendiri
Muhammad Akhyar: Melayu. Anak Guru SD.
Pemimpin Redaksi
Johan Rio Pamungkas: Penulis dan Editor Lepas.
Para Penyumbang Karya
Alfi Syahriyani, Dewi Linggasari, Fina Febriani, Indra Eka Widya Jaya, Inung Imtihani, Kawako Tami, Mulyadi Syamsuri, Rika Isvandiary, Suci Amanda Fitri.