Koreografi: Bentuk - Teknik - Isi

Dwi - Quantum
4.8
αž€αžΆαžšαžœαžΆαž™αžαž˜αŸ’αž›αŸƒ 5
αžŸαŸ€αžœαž—αŸ…β€‹αž’αŸαž‘αž·αž…αžαŸ’αžšαžΌαž“αž·αž…
142
αž‘αŸ†αž–αŸαžš
αž€αžΆαžšαžœαžΆαž™αžαž˜αŸ’αž›αŸƒ αž“αž·αž„αž˜αžαž·αžœαžΆαž™αžαž˜αŸ’αž›αŸƒαž˜αž·αž“αžαŸ’αžšαžΌαžœαž”αžΆαž“αž•αŸ’αž‘αŸ€αž„αž•αŸ’αž‘αžΆαžαŸ‹αž‘αŸ αžŸαŸ’αžœαŸ‚αž„αž™αž›αŸ‹αž”αž“αŸ’αžαŸ‚αž˜

αž’αŸ†αž–αžΈαžŸαŸ€αžœαž—αŸ…β€‹αž’αŸαž‘αž·αž…αžαŸ’αžšαžΌαž“αž·αž€αž“αŸαŸ‡

Buku ini merupakan penjelasan pemahaman melihat atau mengamati sebuah tarian yang dapat dilakukan dengan menganalisis konsep-konsep β€œbentuk”, β€œteknik”, dan β€œisinya’. Ketiga konsep koreografi in sesungguhnya merupakan satu kesatuan bentuk tari namun dapat dipahami secara terpisah. Sebuah pemahaman konsep isi tidak hadir tanpa bentuk sementara konsep bentuk sendiri tidak akan terwujud dengan sempurna tanpa teknik yang baik. Pemahaman kebentukan sebuah tarian dapat dilakukan dengan menganalisis bentuk struktur dan gayanya, serta ketrampilan teknik cara melakukan atau berkaitan dengan wiraga dan wirama, sedangkan pemahaman isi atau dalam istilah Jawa sering disebut wirasa berkaitan dengan rasa gerak, penjiwaan, atau maksud isi gerak atau tarian yang dibawakan.

Selama ini ada persepsi bahwa pemahaman koreografi masih sering dibeda–bedakan mengenai aspek bentuk beserta tekniknya yang bersifat tekstual, dan konteks isinya. Namun sesungguhnya ketiga konsep koreografis itu merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sebuah pemahaman konsep β€œisi” tidak akan hadir tanpa β€œbentuk”, sementara konsep β€œbentuk” sendiri tidak akan terwujud dengan sempurna tanpa β€œteknik” yang baik. Hal-hal ini tercakup dalam buku ini dan buku ini menuntun kepada para pembaca dengan tidak hanya sekedar pemahaman pengetahuan teoretis saja, tetapi berusaha memberi petunjuk praktis dengan cara mempraktikkan melalui pengalaman belajar.

αž€αžΆαžšαžŠαžΆαž€αŸ‹αž•αŸ’αž€αžΆαž™ αž“αž·αž„αž˜αžαž·αžœαžΆαž™αžαž˜αŸ’αž›αŸƒ

4.8
αž€αžΆαžšαžœαžΆαž™αžαž˜αŸ’αž›αŸƒ 5

αž’αŸ†αž–αžΈβ€‹αž’αŸ’αž“αž€αž“αž·αž–αž“αŸ’αž’

Y. Sumandiyo Hadi, Guru Besar Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta. Sejak 1976 mengajar, membimbing mahasiswa di lembaganya (S1) dalam bidang Koreografi, Tari Jawa, Sosiologi Tari, Kajian Tari, Kapita Selekta. Mulai tahun 2000 sampai sekarang juga mengajar, membimbing dan mempromosikan mahasiswa (S2 dan S3) dalam bidangnya di Program Pascasarjana ISI Yogyakarta.

Beberapa pengalaman di bidang seni pertunjukan baik sebagai pelaku maupun pengamat dilakukan di dalam maupun di luar negeri, seperti negara-negara Eropa, Amerika, Jepang, Australia. Sejak tahun 1976 telah menghasilkan beberapa karya tulis maupun karya seni; seperti beberapa tahun terakhir ini menerbitkan beberapa buku antara lain Koreografi: Bentuk – Teknik – Isi (edisi revisi, 2015), Seni Pertunjukan Dan Masyarakat Penonton (edisi revisi, 2016). Pada tahun 2009-2010 menyelesaikan penelitian skema Strategis Nasional dengan judul: Pemetaan Formalisme Plural Seni Pertunjukan Tari di DIY sebagai Strategi Pengembangan Industri Kreatif; ringkasannya telah diterbitkan dalam Jurnal Ilmiah Panggung tahun 2011. Pada tahun 2011-2013 penelitian skema Kompetensi tentang Legitimasi Tari Klasik Gaya Yogyakarta Sebagai Warisan Budaya, dan ringkasannya diterbitkan di Jurnal Ilmiah Mudra, 2013, dan juga sudah diterbitkan dalam bentuk Buku Ajar tahun 2013. Pada tahun 2017 penelitian skema Penelitian Penciptaan dan Penyajian Seni (P3S) tentang Revitalisasi Tari Srimpi, hasilnya telah diterbitkan di Jurnal Panggung dan dalam buku referensi Revitalisasi Tari Tradisional. Pada tahun 2018 telah menyelesaikan skema Penelitian Kerjasama Luar Negeri bekerjasama dengan Center For Southeas Asian Studies, University of Michigan, Ann-Arbor, USA, tentang Music Karawitan For Dance.

Sebagai pelaku, ada banyak kiprah yang telah dilakukan. Pada tahun 2010, sebagai pelaku (koreografer, artistik director) dalam pertunjukan tari kerja sama antara ISI Yogyakarta dengan Osaka City University di Osaka, Jepang. Sejak tahun 2014 sampai sekarang, ditunjuk oleh Gubernur DIY sebagai Pendamping Ahli Bidang Kebudayaan. Pada 2014 sampai sekarang diserahi tanggung jawab mengelola pendidikan vokasi seni, yaitu Akademi Komunitas Negeri Seni dan Budaya Yogyakarta (Community College), oleh Pemerintah DIY bekerja sama dengan ISI Yogyakarta. Pada tahun 2016 sebagai koreografer dan penata artistik dalam mengikuti festival seni pertunjukan Lintas Nusantara, di Malay Heritage Centre, Singapore. Pada akhir tahun 2016 sebagai koreografer sekaligus penari dalam Resital Tari Karya Dosen.Β 

αžœαžΆαž™αžαž˜αŸ’αž›αŸƒαžŸαŸ€αžœαž—αŸ…β€‹αž’αŸαž‘αž·αž…αžαŸ’αžšαžΌαž“αž·αž€αž“αŸαŸ‡

αž”αŸ’αžšαžΆαž”αŸ‹αž™αžΎαž„αž’αŸ†αž–αžΈαž€αžΆαžšαž™αž›αŸ‹αžƒαžΎαž‰αžšαž”αžŸαŸ‹αž’αŸ’αž“αž€αŸ”

αž’αžΆαž“β€‹αž–αŸαžαŸŒαž˜αžΆαž“

αž‘αžΌαžšαžŸαž–αŸ’αž‘αž†αŸ’αž›αžΆαžαžœαŸƒ αž“αž·αž„β€‹αžαŸαž”αŸ’αž›αŸαž
αžŠαŸ†αž‘αžΎαž„αž€αž˜αŸ’αž˜αžœαž·αž’αžΈ Google Play Books αžŸαž˜αŸ’αžšαžΆαž”αŸ‹ Android αž“αž·αž„ iPad/iPhone αŸ” αžœαžΆβ€‹αž’αŸ’αžœαžΎαžŸαž˜αž€αžΆαž›αž€αž˜αŸ’αž˜β€‹αžŠαŸ„αž™αžŸαŸ’αžœαŸαž™αž”αŸ’αžšαžœαžαŸ’αžαž·αž‡αžΆαž˜αž½αž™β€‹αž‚αžŽαž“αžΈβ€‹αžšαž”αžŸαŸ‹αž’αŸ’αž“αž€β€‹ αž“αž·αž„β€‹αž’αž“αž»αž‰αŸ’αž‰αžΆαžαž±αŸ’αž™β€‹αž’αŸ’αž“αž€αž’αžΆαž“αž–αŸαž›β€‹αž˜αžΆαž“αž’αŸŠαžΈαž“αž’αžΊαžŽαž·αž αž¬αž‚αŸ’αž˜αžΆαž“β€‹αž’αŸŠαžΈαž“αž’αžΊαžŽαž·αžβ€‹αž“αŸ…αž‚αŸ’αžšαž”αŸ‹αž‘αžΈαž€αž“αŸ’αž›αŸ‚αž„αŸ”
αž€αž»αŸ†αž–αŸ’αž™αžΌαž‘αŸαžšβ€‹αž™αž½αžšαžŠαŸƒ αž“αž·αž„αž€αž»αŸ†αž–αŸ’αž™αžΌαž‘αŸαžš
αž’αŸ’αž“αž€αž’αžΆαž…αžŸαŸ’αžŠαžΆαž”αŸ‹αžŸαŸ€αžœαž—αŸ…αž‡αžΆαžŸαŸ†αž‘αŸαž„αžŠαŸ‚αž›αž”αžΆαž“αž‘αž·αž‰αž“αŸ…αž€αŸ’αž“αž»αž„ Google Play αžŠαŸ„αž™αž”αŸ’αžšαžΎαž€αž˜αŸ’αž˜αžœαž·αž’αžΈαžšαž»αž€αžšαž€αžαžΆαž˜αž’αŸŠαžΈαž“αž’αžΊαžŽαž·αžαž€αŸ’αž“αž»αž„αž€αž»αŸ†αž–αŸ’αž™αžΌαž‘αŸαžšαžšαž”αžŸαŸ‹αž’αŸ’αž“αž€αŸ”
eReaders αž“αž·αž„β€‹αž§αž”αž€αžšαžŽαŸβ€‹αž•αŸ’αžŸαŸαž„β€‹αž‘αŸ€αž
αžŠαžΎαž˜αŸ’αž”αžΈαž’αžΆαž“αž“αŸ…αž›αžΎβ€‹αž§αž”αž€αžšαžŽαŸ e-ink αžŠαžΌαž…αž‡αžΆβ€‹αž§αž”αž€αžšαžŽαŸαž’αžΆαž“β€‹αžŸαŸ€αžœαž—αŸ…αž’αŸαž‘αž·αž…αžαŸ’αžšαžΌαž“αž·αž€ Kobo αž’αŸ’αž“αž€αž“αžΉαž„αžαŸ’αžšαžΌαžœβ€‹αž‘αžΆαž‰αž™αž€β€‹αž―αž€αžŸαžΆαžš αž αžΎαž™β€‹αž•αŸ’αž‘αŸαžšαžœαžΆαž‘αŸ…β€‹αž§αž”αž€αžšαžŽαŸβ€‹αžšαž”αžŸαŸ‹αž’αŸ’αž“αž€αŸ” αžŸαžΌαž˜αž’αž“αž»αžœαžαŸ’αžαžαžΆαž˜β€‹αž€αžΆαžšαžŽαŸ‚αž“αžΆαŸ†αž›αž˜αŸ’αž’αž·αžαžšαž”αžŸαŸ‹αž˜αž‡αŸ’αžˆαž˜αžŽαŸ’αžŒαž›αž‡αŸ†αž“αž½αž™ αžŠαžΎαž˜αŸ’αž”αžΈαž•αŸ’αž‘αŸαžšαž―αž€αžŸαžΆαžšβ€‹αž‘αŸ…αž§αž”αž€αžšαžŽαŸαž’αžΆαž“αžŸαŸ€αžœαž—αŸ…β€‹αž’αŸαž‘αž·αž…αžαŸ’αžšαžΌαž“αž·αž€αžŠαŸ‚αž›αžŸαŸ’αž‚αžΆαž›αŸ‹αŸ”

αž…αŸ’αžšαžΎαž“αž‘αŸ€αžαžŠαŸ„αž™ Y. Sumandiyo Hadi

αžŸαŸ€αžœαž—αŸ…β€‹αž’αŸαž‘αž·αž…αžαŸ’αžšαžΌαž“αž·αž€β€‹αžŸαŸ’αžšαžŠαŸ€αž„αž‚αŸ’αž“αžΆ