Mood gue langsung turun drastis karena iklan itu bikin gue sadar akan status jomblo gue. Pas gue cari remote mau matiin TV, keingetan iklan tadi. “Remote aja ada yang nyariin, masa elo nggak?” Stres. Gue jalan ke bioskop. Anjrit, ini kenapa bioskop suasananya romantis abis buat pacaran. Yang lain gandengan tangan, gue cuma bisa gandeng handphone. Ya, gue ikhlas. Coba beli tiket. “Mba tiketnya ya, buat film Brontosaurus.” | “Untuk berapa orang mas?” | “Satu, Mbak” | “Paling pojok belakang ya, Mas?” | “Lah, bisa gitu?” | “Iya, Mas. Yang sendirian, tinggal di pojokkan. Atau mau nonton film lain yang masih kosong kursinya?” | “Film apa Mba?” | “Jomblosaurus, Mas.” | “Mmh, sikat jamban.”
“Ya Tuhan, ke mana jodohku? Jika memang dia jodohku, tolong dekatkanlah. Jika dia bukan jodohku, tolong direvisi jadi jodohku.” Tapi, gue sadar. Nggak selamanya jomblo itu harus sedih. Nggak selamanya jomblo itu harus ingat masa lalu. Nggak selamanya jomblo itu harus bilang elo nggak laku. Intinya, jodoh itu kayak macet di jalan. Walaupun lama, tapi bakal sampai juga. Ya, walaupun butuh waktu. Itu pun kalo jodoh lo belum dimatiin dari sebelum elo lahir. Hahahaha…
Sebuah novel Indonesia karya Baro Indra (@MemeCOMIK) persembahan penerbit Loveable
Buku persembahan penerbit UfukPublishingGroup
#Loveable