MUQADIMAH QANUN ASASI

·
· Lakpesdam Jawa Barat
5.0
35 reviews
eBook
51
Pages
Ratings and reviews aren’t verified  Learn more

About this eBook

Islam mengajarkan umat manusia untuk bersatu dan tidak terpecah belah. Perbedaannya, umat Islam diperintah Allah untuk bersatu dengan landasan persatuan berupa hablullah, tali Allah yang kemudian dimaknai sebagai agama Allah yakni Islam. Meski begitu, pada intinya, manusia memang diharuskan bersatu jika menginginkan kebahagiaan. Manusia harus menyadari bahwa mereka saling membutuhkan antar satu sama lain jika ingin kebutuhan mereka tercukupi. Dan itu merupakan salah satu bukti bahwa Islam selaras dengan fitrah manusia. Ide dan pemikiran tentang persatuan, tolong menolong dan kerjasama sebagaimana diterangkan di atas merupakan salah satu pemikiran yang dituangkan oleh KH. Hasyim Asyari dalam kitab yang berjudul Muqaddimah Al Qanun Al Asasi Li Jam’iyyah Nahdlatul Ulama’.

Manusia sebagai individu yang merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari  masyarakat, dari waktu ke waktu secara alami pasti tumbuh dan berkembang. Tiap kelmpok masyarakat pasti mengalami perkembangan yang senantiasa terjadi baik lambat, sedang ataupun cepat. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya.

Pertumbuhan dan perkembangan itu bisa saja berasal dari dinamika internal dalam dirinya sendiri, maupun hasil dari interaksi dengan sesama anggota masyarakat sebagai suatu sistem, sangat terbuka karena senantiasa berubah dan selalu menyesuaikan.

Realitas manusia sebagai mahluk sosial terbukti ketika ia tidak dapat hidup sendirian. Dalam rangka menghadapi alam dan lingkungannya, manusia dituntut untuk selalu bersahabat dengan manusia lain. Naluri manusia untuk hidup bersama dengan orang lain dinamakan sebagai social animal sebab memiliki naluri untuk hidup dalam kebersamaan.

Dalam Islam, konsep tersebut dinamakan dengan habl min an nas (hubungan antar manusia) yang merupakan dualisme hubungan ideal bersama habl min Allah (hubungan manusia dengan Allah). Perkembangan juga merupakan hal yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia  baik secara individu maupun kolektif. Perkembangan yang terjadi dalam suatu masyarakat tertentu terkadang ada persamaan dan perbedaan dari satu masa ke masa berikutnya, jika dibandingkan dengan perkembangan pada masyarakat lain. Terjadinya perbedaan kondisi satu dengan yang lain juga mengakibatkan adanya saling mempengaruhi. Sebagai contoh, perbedaan tempat tinggal antara masyarakat satu dengan yang lain, tentunya berpengaruh pada permasalahan yang mereka hadapi. Oleh karena itulah, dalam rangka mengetahui fenomena yang terdapat dalam pemikiran seseorang atau sekelompok masyarakat maupun lembaga-lembaga keagamaan antara lain dibutuhkan pendekatan sosio historis. 

Pemikiran KH. Hasyim Asyari tentang persatuan dapat dikelompokkan dalam dua jenis persatuan, (1) persatuan kebangsaan yang artinya persatuan yang dilandasi dengan kesamaan kebangsaan. (2) persatuan keagamaan yaitu persatuan yang dilandasi kesamaan agama, yaitu Islam, dan (3) Persatuan untuk Bermadzhab. Sebagaimana dinyatakan oleh Hadratussyeikh Hasyim Asy’ari dalam Muqaddimah Qanun Asasi Li Jam’iyah Nahdlatul Ulama’ :

Ratings and reviews

5.0
35 reviews
Naharia Ibu Naharia
15 February 2023
kitabnya bagus mudh untuk difahami
Did you find this helpful?
uus karim
6 May 2023
terimakasih!.
Did you find this helpful?
Purnomo
15 April 2023
om
Did you find this helpful?

About the author

KH Hasyim Asy'ari lahir pada Selasa Kliwon, 24 Zulkaidah 1287 Hijriah, bertepatan dengaan tanggal 14 Februari 1871 Masehi, di pesantren Gedang, Tambakrejo, Kabupaten Jombang. KH Hasyim Asy'ari lahir pada Selasa Kliwon, 24 Zulkaidah 1287 Hijriah, bertepatan dengaan tanggal 14 Februari 1871 Masehi, di pesantren Gedang, Tambakrejo, Kabupaten Jombang. Merupakan anak ketiga dari 11 bersaudara, putra dari pasangan Kiai Asy'ari dan Nyai Halimah. Dari jalur ayah, nasab Kiai Hasyim bersambung kepada Maulana Ishak hingga Imam Ja'tar Shadiq bin Muhammad Al-Bagir. Sedangkan dari jalur ibu, nasabnya bersambung kepada pemimpin Kerajaan Majapahit, Raja Brawijaya VI (Lembu Peteng), yang berputra Karebet atau Jaka Tingkir. Dalam sejarah tercatat Jaka Tingkir adalah raja Pajang pertama (tahun 1568 M) dengan gelar Sultan Pajang atau Pangeran Adiwijaya.


BELAJAR KE PESANTREN

Kiai Hasyim Asy’ari mulai berkelana untuk belajar ke sejumlah pesantren di usia 15 tahun. Dia pernah menjadi santri di Pesantren Wonorejo Jombang, Pesantren Wonokoyo Probolinggo, kemudian Pesantren Langitan Tuban, dan Pesantren Trenggilis Surabaya. Kiai Hasyim Asy'ari melanjutkan mencari ilmu ke Pesantren Kademangan, Bangkalan, Madura, di bawah asuhan Kiai Kholil bin Abdul Latif. Kemudian pada tahun 1307 Hijriah atau tahun 1891 Masehi, Kiai Hasyim kembali ke tanah Jawa dan belajar di Pesantren Siwalan, Panji, Sidoarjo, di bawah bimbingan Kiai Ya'qub.

Rate this eBook

Tell us what you think.

Reading information

Smartphones and tablets
Install the Google Play Books app for Android and iPad/iPhone. It syncs automatically with your account and allows you to read online or offline wherever you are.
Laptops and computers
You can listen to audiobooks purchased on Google Play using your computer's web browser.
eReaders and other devices
To read on e-ink devices like Kobo eReaders, you'll need to download a file and transfer it to your device. Follow the detailed Help Centre instructions to transfer the files to supported eReaders.