Tafakur Seorang Kaisar: Inspirasi Berpikir Positif, Bertindak Pasti, dan Menemukan Kedamaian

Menaiki takhta pada tahun161 M, Marcus Aurelius (121–180 M) mendapati pemerintahannya didera oleh bencana alam dan peperangan. Menghadapi berbagai tantangan itu, ia menuliskan catatan-catatan pribadi yang ia tujukan kepada dirinya sendiri. Torehan meditasi dan inspirasi itu menekankan pada pencarian kedamaian diri, pikiran positif, dan tindakan praktis, serta kepastian etika di tengah-tengah dunia yang tampak kacau dan kisruh. 

Hampir dua ribu tahun setelah ditulis, Meditations merupakan salah satu buku paling berpengaruh di dunia. Goresan pena kaisar Romawi ini bernapaskan filsafat Stoa yang ia gunakan untuk tetap dapat berpikir jernih dalam mengatasi berbagai masalah hidupnya sebagai seorang ksatria dan administrator dari sebuah kekaisaran.

Buku ini, Tafakur Seorang Kaisar, bukanlah koleksi lengkap dari Meditations, melainkan kumpulan terpilih dari karya tersebut. Dengan pendahuluan yang menjelaskan hidup dan buah pena sang kaisar, buku kumpulan meditasi terpilih ini memungkinkan pembaca menemukan (kembali) pemikiran agung yang praktis dan mencerahkan tanpa harus bergelut dengan ilmu filsafat yang kering.

Bacaan wajib untuk para pencari kebenaran dan pemelajar seni kehidupan. Juga untuk para pemimpin dan calon pemimpin.

Contoh Kutipan Terpilih

- "Semua yang kita dengar merupakan opini, bukannya fakta. Semua yang kita lihat merupakan sudut pandang, bukannya kebenaran."

- "Bila kamu ingin ceria, pikirkan kebajikan orang-orang yang bersamamu: Sikap penolong seseorang, kesederhanaan orang yang lain, kemurahan hati orang yang lainnya lagi. Sebab, tiada yang begitu membuat gembira sebagaimana melihat kebajikan dalam diri sesama manusia."

-"Hidup bahagia itu kuasa batin jiwa, ketika ia tidak peduli terhadap hal-hal yang pada dasarnya tidak layak dipedulikan."

- "Pikirkan drama-drama yang telah berlalu, dan yang akan datang - kehidupan, peperangan, kelahiran dan kematian. Mereka semua sama; hanya para pemerannya yang berbeda."

- "Jika seseorang berbuat salah, maka rasa sakit menyertainya. Tapi mungkin dia tidak berbuat salah. Bukanlah urusan kita untuk menghakimi."