βHenry Manampiring, Penulis Filosofi Teras
***
Walaupun ditulis hampir dua milenium yang lalu, karya Kaisar Romawi, Marcus Aurelius ini, masih sangat relevan bagi kehidupan sekarang yang penuh tekanan. Ajaran-ajarannya mengandung unsur mindfulness, mengajak untuk fokus pada yang kita lakukan saat ini, move on dari masa lalu, sekaligus melepaskan beban-beban kekhawatiran akan masa depan. Memotivasi kita untuk berhenti overthinking, terlalu banyak memikirkan pendapat orang, dan mulai melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar.
Dengan Meditations, Marcus meyakinkan kita, βKamu memiliki kemampuan untuk hidup bebas tanpa tekanan dan dengan rasa damai dalam pikiranmu, bahkan jika semua orang di seluruh dunia berteriak melawanmu.β
Sisakan sedikit waktu menapaki renungan-renungan yang telah menjadi acuan para negarawan, pemikir, dan banyak orang di seluruh dunia selama berabad-abad ini. Mulailah perjalananmu memahami diri sendiri sekaligus memahami dunia.
***
"Marcus Aurelius mengajak kita menyelami isi pikirannya. Di dalamnya kita akan menemukan kesadaran diri untuk tetap tenang menjalani hidup bahkan di saat-saat yang serba tidak pasti seperti sekarang ini.β
βAdjie Santosoputro, Pembantu Memulihkan Batin, Praktisi Meditasi dan Mindfulness
[Mizan, Noura Books, Noura Publishing, Filosofi, Pemikiran, Indonesia]
MARCUS AURELIUS adalah seorang Kaisar Romawi pada 161-180 Masehi. Dia terlahir dengan nama Marcus Annius Verus pada 26 April 121 di Roma, Italia. Marcus dikenal sebagai filsuf Stoik lewat buku yang ditulisnya, yaitu Meditations. Buku ini merupakan jurnal pribadi Marcus yang kemungkinan ditulis selama masa kamΒΒpanye militernya di Eropa Tengah pada tahun 171-175.
Di masa mudanya, Marcus mempelajari bahasa Latin dan Yunani dengan tekun. Namun, dia memiliki minat yang sangat besar terΒhadap Stoikisme, yaitu sebuah filosofi yang menekanΒkan pada takdir, logika, dan pengendalian diri. The Discourses, karya seorang mantan budak dan filsuf Stoik Epiktetos, memΒberikan pengaruh yang sangat besar kepada Marcus. Sifat serius dan pekerja keras yang dimiliki Marcus mendapat perhatian paman sang bapak, yaitu Kaisar Hadrian. Hadrian meminta penerusnya, Antoninus Pius, untuk mengadopsi Marcus.
Ketika Antoninus meninggal dan Marcus resmi naik takhta sebagai kaisar, dia diberi nama Marcus Aurelius Antoninus Augustus. Bagi banyak generasi di Dunia Barat, Marcus Aurelius merupakan simbol Zaman Keemasan Kekaisaran Romawi. Namun, Marcus mengalami banyak peristiwa sulit selama masa pemerintahannya: peperangan dengan Kekaisaran Partia, suku barbar yang mengancam wilayah kekuasaan Marcus di perΒbatasan utara, dan munculnya wabah Antonine yang mematikan. Marcus meninggal akibat terserang wabah ini pada 17 Maret 180 di Vindobona, yang kini dikenal sebagai kota Wina, Austria.