Rebecca merasa bernasib sial karena ketika baru memasuki dunia kerja, ia mendapatkan seorang mentor yang bermulut tajam dan kejam. Menurutnya, wajah tampan atasannya yang bernama Jayson itu sangat sia-sia karena pada akhirnya ia hanyalah atasan kejam yang sering kali bertingkah menyebalkan. Sementara bagi Jayson, Rebecca adalah bawahan yang sungguh menyebalkan karena sering membuat onar dan kesalahan di waktu yang penting. Keduanya tentu saja sering terlibat dalam perdebatan dan keributan tiap harinya karena merasa tidak cocok serta muak satu sama lain. Hanya saja, ada satu titik yang membuat hubungan keduanya berubah. Berbalik dan mengalir ke arah yang tidak pernah terduga sebelumnya.
“Aku sadar, aku sudah bertindak terlalu kejam sebagai atasan dan aku menyesalinya. Aku bisa melakukan apa pun untuk menebus kesalahanku itu.”—Jayson.
“Benarkah? Kalau begitu, apa malam ini kau bisa menemaniku?”—Rebecca